7 Desember 2014

Sambut Kristus kok Pake “Hura-Hara”?

Saudara-saudariku,

Banyak orang salah “menyambut” kehadiran Kristus di dunia ini dalam peristiwa Natal. Sangka mereka, Kristus yang menjadi inti dari peristiwa Natal itu perlu dijemput dengan hura-hara, sorak-sorai, ramai-ramaian, bunyi petasan yang besar dan membuat orang lain terkejut bukan kepalang.

Kuingatkan Engkau, wahai Kawanku, bukan itu maksudnya menyongsong kedatangan Kristus di dalam Natal. Bukan, bukan itu!! Keramaian sama sekali tidak menjamin apa-apa dengan Natal yang akan Kau alami.

Lihatlah Kristus yang sering sekali mengawali atau memulai “hari baru” dengan berdiam diri dalam kesunyian. Para pengarang Injil mencatat itu dengan jelas sekali. Maka berteman dengan ‘kesunyian’ adalah persiapan yang baik dalam menantikan kehadiran Kristus di tengah-tengah kita.

Bagi orang Katolik, kesunyian itu adalah ketenangan diri, menarik diri dari keramaian dan kebisingan hidup, menyangkal diri, mendengarkan Hati Nurani, memurnikan pikiran, dan mengendalikan diri serta menggali makna hidup yang sesungguhnya, yang bersumber dari diri sendiri dalam bimbingan Roh Kudus.

Menyambut Kristus tidak sama dengan berpesta pora dalam hura-hara, sorak-sorai atau membunyikan petasan sebesar-besarnya supaya semua orang mendengar, melainkan tinggal dalam ketenangan, kesunyian, kebisuan, dan keheningan bersama Roh Kudus. Itulah sikap sesal yang dikemas oleh tobat dan pembaharuan diri.


Selamat menyambut Kristus dalam masa Adven, masa tobat ini, Kawan… Salam dan doaku untukmu… GBU 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar