24 September 2015

Kebetulankah Kisahku Hari Ini?? (Idul Adha & Perdamaian)

Hari ini Idul Adha, hari di mana umat Islam sedunia merayakan kembalinya mereka kepada ALLAH (naik haji) dan dibuahkan dengan Qurban sebagai simbol mendekatkan diri dengan Allah dan sesama dalam kasih sambil memandang Qur'an sebagai pedoman hidup universal. 

Di samping itu, Kami memiliki kesempatan untuk meninggalkan rumah untuk mengisi 1 hari liburan ini. Kesempatan ini kumanfaatkan dengan pergi berdua temanku mengunjungi keluarganya. Gong Perdamaian Dunia di kota Ambon menjadi tempat kunjungan kami berikutnya. Pengalaman yang cukup menarik.

Apa artinya perdamaian dunia? Suatu keadaan di mana dunia tidak toleran dengan konflik, dunia tidak berteman dengan perang, dunia tidak bersahabat dengan sara, dunia tidak berurusan dengan terorisme, dan dunia tanpa kekacauan. Damai, Damai dan Damai. 

Idul Adha, kesempatan untuk memurnikan hati dan budi, menghargai yang lain sebagai teman seperjuangan, memandang yang lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Moment yang berharga andaikata semua yang merayakan dan memberi selamat menyadari akan pentingnya Damai bagi dunia. Saat itulah kehendak Allah menjadi nyata.

Selamat merayakan hari raya Idul Adha bagi yang merayakannya. 

♡ viva condios ♡

https://www.facebook.com/ignasius.fernatyanan/posts/596716853799346?ref=notif&notif_t=like

23 September 2015

Pemimpin adalah Pelayan

HMB XXV Thn B (Keb. 2:12.17-20, Yak. 3:16-4:3, Mrk. 9:30-37)

Suatu kabar yang sebenarnya cukup mengejutkan bagi pengikut Yesus, terutama para murid waktu itu, bahwa Yesus akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh-Nya. Sayangnya, para murid sendiri tidak mengerti kabar itu, mereka pun tak menanyakannya kepada Yesus. Baru saja Yesus dimuliakan oleh Bapa-Nya di atas gunung, toh pada akhirnya Ia diserahkan juga ke dalam tangan manusia untuk disiksa, disalibkan dan dibunuh. Sudah begitu, para murid malah bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka.   

Di dalam pembaptisan suci, Anda dan saya, dibawa dan disatukan di dalam Yesus. Anda dan saya percaya bahwa ketika dibaptis, kita menerima penghapusan dosa berkat sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Yesus menyelamatkan kita dengan diri-Nya sendiri, dengan pengorbanan-Nya dan dengan kasih-Nya yang tanpa batas.  

Di tengah perjalanan, para murid mempersoalkan siapa yang terbesar di antara mereka. Mungkin saja mereka saling menunjuk diri sebagai pemimpin melebihi teman-teman yang lain. Tetapi saat tiba di Kapernaum, Yesus bertanya kepada mereka: “Apa yang kamu perbincangkan tadi di jalan?” Mereka hanya diam membisu, tak bisa menjawab pertanyaan Yesus. Yesus tahu apa yang mereka perbincangkan saat berada di tengah jalan. Yesus memahami dan masuk ke dalam persoalan yang mereka perbincangkan itu lalu membuka pola pikir dan pola tindak para murid-Nya. “Jika kamu ingin menjadi yang terdahulu, yang terbesar, hendaklah kamu menjadi yang terakhir, yang terkecil dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya.” Servus Servorum Dei, menjadi pelayan dari semua pelayan Tuhan, hamba dari para hamba Allah.  

Model pemimpin dewasa ini diukur justru berdasarkan uang, kekayaan, materi, kepintaran, status, jabatan, kedudukan, kehormatan, kekuasaan dan seterusnya. Sama sekali bukan semua itu ukurannya.

Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus, konon Paus Fransiskus ini pernah melayani seorang Swiss Guard yang bertugas menjaga keamanan di depan apartamennya, Casa Santa Marta. Paus membawakan dan menawarkan sebuah kursi untuk penjaga itu dan membuatnya sandwich berisikan selai. Ini hanyalah satu contoh kecil tentang bagaimana seorang pemimpin (Gereja), yaitu Paus, melayani “bawahannya” sendiri. Meski kecil, namun perbuatan ini memiliki makna yang sangat luar biasa besar. Yesus pun tidak segan bergaul dengan anak kecil yang pada waktu itu tidak diperhitungkan sama sekali. Kerendahan hati Yesus (juga Paus Fransiskus), mengalahkan segalanya dan menjadikan-Nya sebagai pemimpin yang sejati. Yesus mengosongkan diri-Nya, merendahkan hati-Nya dan wafat demi keselamatan semua orang. 

Saat ini, Anda dan saya adalah pemimpin itu, sama seperti Yesus. Namun pemimpin yang mengalahkan dirinya sendiri seperti perkataan Rasul Yakobus: “di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala perbuatan jahat.” Anda dan saya mempunyai hikmat dari Allah untuk menjadi pemimpin dalam hidup ini, tetapi Rasul Yakobus mengingatkan kita bahwa “hikmat yang dari atas itu pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”  

Mari belajar dari Yesus! Yesus telah merendahkan hati-Nya, melayani kita, menebus dosa-dosa kita, dan menyelamatkan kita. Dengan rendah hati dan semangat pengorbanan, kita melayani orang lain dengan diri kita sendiri supaya keluarga, seminari, masyarakat, negara dan dunia menerima Allah demi nama Kristus Yesus, Tuhan kita, sang Pemimpin dan Pelayan sejati.  

*viva condios *