25 Januari 2014

Kematian Seharusnya Menghidupkan ‘Tuannya’



Manusia tak asing lagi dengan ‘kematian’ yang pasti datang di penghujung hidupnya. Sering kali ia dianggap sebagai momok yang menakutkan dantak mau diterima oleh manusia. Siapa pun dia, tak dapat menghindarinya. Setiap orang akan mengambil bagian ‘kematiannya’. Ada yang mati dengan tenang; ada pula yang mati dengan ‘ganas’; dan, ada yang mati tanpa diketahui sesamanya sendiri. Begitulah kematian, datang tanpa diundang dan tanpa dipersiapkan pula.

Orang-orang yang ‘terlalu menikmati hidup’nya dengan mengandalkan hal-hal dunia ini seringkali bermohon untuk tidak mati. Mereka ingin bertahan selama mungkin agar terus menikmati hidup dan kemewahan hidup itu. Namun kematian sendiri tidak memandang bulu; ia tidak memandang tinggi rendahnya kedudukan manusia; ia tidak mengindahkan kaya miskinnya seseorang; dan ia tidak menghiraukan baik buruknya perilaku sosial. Ia “menghantam” semua orang “sesukanya”.

Mungkin terlalu berlebihan dan mengerikan menggambarkan datangnya kematian itu seperti ini. Sedikit menakutkan pula. Tapi itulah dia, kematian! Mortalitas manusia menjadi sesuatu yang pasti dan tak bisa diabaikan. Hanya pencipta manusialah yang tidak dapat mati. Dialah Tuhan, Allah yang Mahakuasa.

Adanya kematian sebetulnya bukan untuk menakut-nakuti, tetapi justru membuat setiap orang yang mengalaminya lebih hidup. Karenanya hidup menjadi kesempatan untuk mempersiapkan kematian. Kesadaran akan adanya kematian seharusnya mendongkrak motivasi manusia untuk menjadi pribadi yang tampildengan kebenaran. Ia membantu setiap orang untuk mengarahkan sikap dan perbuatan serta perkataannya sesuai pada tempatnya. Itulah persiapan yang baik,yang dapat ditunjukkan oleh setiap orang dalam menyambut kematiannya.

Bagi orang-orang yang ‘berTuhan’, mereka memandang kematian sebagai suatu keuntungan sebab ia mati di dalam Tuhan sendiri. Kematian mereka menjadi kesempatan untuk berjumpa denganNya, berhadapan muka denganNya dan memandang kemuliaanNya. Namun kesempatan emas itu tidak diperoleh begitu saja sebab perbaikan atas diri dan hidup perlu dipersiapkan terlebih dahulu.

Keyakinan bahwa Sang Pencipta hidup akan mengumpulkan kembali segala ciptaanNya di dalam Dia membuat kematian memiliki maknanya. Maknanya ditemukan di dalam hidup yang sudah diberikanNya kepada setiap orang. Penemuan itu dibuat di dunia ini, kini dan di sini. Maka mati adalah pengalaman yang menyenangkan bagi tuannya. Mati menjadi pengalaman yang menyenangkan asalkan hidup sudah dipersiapkan. Dengan ini, mati bukanlah pengalaman yang membinasakan melainkan menghidupkan.

“Maknailah kematianmu dalam kehidupanmu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar