4 Desember 2013

KETULUSAN & PENGORBANAN TAK BOLEH DIPISAHKAN

[Antara maksud yang baik dan cara yang tidak dapat dibenarkan (dan sebaliknya)]

Anda mungkin pernah menonton film Zorro. Zorro ini punya kekhasan tersendiri di mata semua orang yang ditolongnya. Peran yang paling lazim dilakukannya adalah "mencuri" harta benda milik orang kaya dan membagikannya kepada orang-orang miskin yang membutuhkannya. Ia memang suka membantu meringankan beban orang lain dan "layak" disebut sebagai "Hero". Katakanlah bahwa ia rela berkorban demi orang lain. Lantas, apa yang "salah" dari Zorro ini? Meski pun orang lain memandangnya sebagai "Hero" namun "ke-hero-annya" menjadi tak bernilai tatkala ia herus mencuri harta benda milik orang lain. Maksudnya memang baik, yaitu membantu orang lain yang miskin, tetapi caranya keliru, bahkan dapat dikatakan salah total. Keliru dan bahkan salah karena ia membantu orang lain dengan cara "mencuri".

Saudara, pengorbanan bukan diusahakan dengan cara yang justru berakibat fatal terhadap orang lain. Kalau Anda punya niat untuk membantu orang lain, maka bantulah orang itu dengan cara dan strategi yang baik, yang dapat diterima oleh semua orang. Ingatlah bahwa maksud yang baik tidak dapat menghalalkan cara yang jahat. Atau sebaliknya, maksud yang jahat tidak bisa dipenuhi dengan tindakan yang baik. Keduanya haruslah berimbang, antara cara dan maksud. Orang hanya akan mengatakan orang lain punya pengorbanan untuk dirinya kalau maksud pengorbanan itu baik dan dilakukan dengan cara yang baik pula. Demikianlah antara cara dan maksud haruslah diimbangi dengan kebaikan yang satu dan sama. "Anda dikatakan baik kalau pernah berbuat sesuatu yang berharga terhadap orang lain dengan cara yang dapat diterima khalayak ramai". Seandainya ada orang yang menilaimu baik karena sudah berkorban terhadapnya dengan cara yang tidak bisa diterima, maka itu adalah suatu kekeliruan.

Akhirnya kita tiba pada kesimpulan ini, pengorbanan sejati selalu mengandung ketulusan hati. Sisi lain dari pengorbanan yang tampak melalui perbuatan adalah kerelaan untuk melakukan sesuatu terhadap orang lain dengan sepenuh hati. Pengorbanan adalah "bagian luar" dari kedalaman hati yang ikhlas. Keduanya harus seimbang, tanpa pengabaian salah satu di antaranya. Karena itu, saat dimana Anda ingin menolong orang lain, tolonglah orang itu dengan kesungguhan hati dan dengan perbuatan yang mencerminkan kepuasan hati setiap orang yang melihatnya atau mengatahuinya dan atau mengalaminya. Dengan begitu, Anda tidak akan "mencuri" untuk menolong orang lain. Dengan begitu pula, Anda tidak akan menghalalkan cara yang Anda gunakan untuk membantu orang lain. Maksud yang mulia, yaitu menolong orang lain, hendaklah ditunjukkan dengan cara yang luhur. Dengan kata lain, maksud yang baik hendaklah diikuti dengan perlakuan yang wajar, yang bersumber pada ketulusan hati.

Dalam arti semua itu, koruptor sama sekali tidak dapat dibenarkan, pencuri pun tidak memiliki tempat dalam kehidupan bermasyarakat, polisi yang disuap tidak bisa dikatakan baik, "Zorroisme" sekalipun tak ada gunanya. Mereka semua jauh dari pengorbanan yang sejati dan ketulusan yang mendalam. Satu-satunya yang pantas "diacungkan jempol" adalah Yesus Kristus yang rela wafat di kayu salib bagi semua orang. Tanpa suara perlawanan terhadap para serdadu, tapi dengan ketulusan hati menerima hukuman yang diberikan kepada-Nya. Ia "menolong" semua orang dengan cara yang sempurna, yaitu memikul salib dan mati pada salib itu. Ia punya kerelaan yang tanpa batas sehingga berani untuk menderita dan wafat bagi orang lain yang bersalah, yang susah dan yang sedang menderita karena kungkungan dosa. Kalau demikian, pengorbanan yang sejati adalah kerelaan untuk menolong orang lain dengan hati yang tulus ikhlas. Ikutlah Dia!!! (Fr. Ignasius Fernatyanan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar