14 November 2013

MAU SELAMAT ATAU MEMILIH CINTA? MANAKAH YANG BENAR?

[Kenyataannya, agama sering menjadi "penghalang" cinta]. Itu kata orang yang lagi 'kasmaran', 'jatuh cinta berat' atau 'mau mati kerena cinta'.

Yang harus ditegaskan terlebih dahulu menyangkut CINTA beda Agama. Yaitu: Cinta TIDAK PERNAH SALAH. Mengapa? Karena CINTA itu adalah ALLAH, yang hadir dalam diri setiap orang, termasuk pasangan yang sedang "pacaran." Agama Katolik pun tidak dapat disalahkan kalau kamu memilih tetap menjadi Katolik dibanding harus memilih agama lain karena Cinta.

Kalau cinta tidak dapat disalahkan, apakah Agama yang harus disalahkan?

Pada dasarnya cinta mendatangkan kebahagiaan bagi setiap orang yg mengalaminya. Itu tidak bisa dibantah karena begitulah cinta. Karena itu, orang bisa saja "nekat mati" demi cintanya. Namun, apabila agama menjadi batasnya?? Ini yang perlu dibetulkan.

Saya "membetulkan" itu dari perspektif Gereja Katolik.

Pertama, Gereja Katolik tidak pernah salah. Tidak salah karena didirikan oleh Yesus sendiri, Juruselamat semua orang. Dialah yang mengajarkan supaya semua orang saling mencintai, mengasihi satu sama lain. Tentu saja cinta ini tidak terbatas pada "pacaran" tetapi lebih luas lagi dari itu. Luasnya adalah, setiap orang diminta untuk mencintai orang lain tanpa batas, tanpa memandang agama, tanpa melihat latar belakang seseorang dan tanpa membatasi cinta itu sendiri. Karena itu, apabila orang lain menganggap orang Katolik "terlalu fanatik" dengan kekatolikannya, itu keliru. Alasannya, orang Katolik mengimani apa yang benar di dalam hati dan pikirannya, yaitu Yesus Kristus. Dan, iman ini dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, apalagi manusia.

Kedua, Perkawinan di dalam Gereja Katolik adalah suci. Karena itu setiap orang yang mau melanjutkan hubungan (pacaran)nya ke jenjang perkawinan harus disiapkan dengan baik sebelum menerima sakramen perkawinan. Karena kesuciannya, maka keseriusan perlu diperhatikan sejak awal demi kebahagiaan kedua mempelai yang ingin menerima sakramen perkawinan di dalam Gereja Katolik. Di samping itu, perkawinan itu sendiri dipandang sebagai bentuk keselamatan yang dikerjakan Allah dalam diri kedua mempelai, di mana keduanya disatukan Allah melalui cinta itu. Itulah sebabnya jika suatu ketika seorang wanita atau pria Katolik yang mempertahankan agamanya dibanding harus mempertahankan cintanya, maka itu adalah tindakan yang benar. Karena ia memilih untuk tetap berada di dalam jalur keselamatan yang dikerjakan oleh Allah.

Apakah seseorang yang mempertahankan agama (Katolik)nya dibanding harus mempertahankan cintanya itu fanatik? TIDAK. Karena ia mementingkan keselamatannya sendiri yang dapat ia peroleh melalui Gereja Katolik. Memang cinta itu penting juga, tapi cinta yang bagaimana?? Jawabannya, cinta yang universal, yang menyeluruh, termasuk cinta "dua sijoli" yang menjalin relasi "pacaran". Itulah cinta agape, bukan cinta eros semata. Inilah yang diajarkan di dalam Gereja Katolik, sehingga masa-masa sebelum perkawinan, kedua mempelai dipersiapkan ke arah itu.

Apakah dengan begitu maka seorang wanita atau pria yang memutuskan untuk tetap menjadi Katolik dibanding memilih cintanya adalah fanatik? TIDAK. Dia adalah seorang yang militan Katolik, bukan fanatik. Ia militan karena memilih yang benar, yaitu Gereja Katolik yang menjadi 'sarana' keselamatan baginya.
Kalau saya diperhadapkan dengan pilihan ini, saya tetap Katolik atau memilih keluar dari Katolik demi cinta saya? Maka saya akan menjawab, saya mau tetap pada Gereja Katolik karena menyelamatkan.
 

Jadi, pembetulannya ada pada sisi ini, Gereja Katolik adalah benar dan ia mengajarkan cinta yang lebih luas daripada sekedar cinta karena pacaran.

Itulah sebabnya saya tetap memilih Katolik karena menyelamatkan dan karena di dalam Gereja Katolik masih ada cinta yang sempurna. Saya tidak fanatik, tetapi militan. Kalau begitu, Gereja Katolik tidak dapat disalahkan.

Terima kasih...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar