St. Paulus:
“Bagaimana mungkin ada di
antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati. Kalau tidak
ada kebangkitan orang mati maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata
Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah
juga kepercayaan kamu. … Tetapi yang benar ialah Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah
meninggal” (1Kor. 15:12-14.20).
Di dalam Syahadat Kristen, yaitu pengakuan iman akan
Allah Tritunggal Mahakudus, terungkap bahwa orang-orang mati akan bangkit pada
akhir zaman dan bahwa ada kehidupan abadi [KGK no. 988]. Bukan tanpa alasan
Gereja percaya dan mengakui akan adanya kebangkitan pada akhir zaman itu karena
Yesus Kristus, yaitu Allah Putera, mengalami hal itu. Ia mati di kayu salib,
dikuburkan, dan bangkit pada hari yang ketiga dari antara orang mati. Kematian-Nya
menjadi tanda bahwa maut tidak punya kuasa apa pun untuk membatasi manusia di
hadapan Allah. Ternyata, orang mati pun perlu mendengar warta sukacita yang
dibawa oleh Yesus supaya memperoleh kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Tentang
ini, Tuhan Yesus berkata: “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh. 11:25).
Karena Dialah “kebangkitan” dan “hidup” maka Dia
berkuasa membangkitkan orang yang sudah mati supaya tetap hidup di hadapan
Allah. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus pernah membangkitkan anak Yairus, kepala
rumah ibadat itu. Tuhan Yesus pun pernah membangkitkan anak muda di Nain. Dan,
Tuhan Yesus pernah membangkitkan Lazarus, di Betania. Karena itu, kepada
orang-orang Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan badan, Tuhan Yesus
berkata: “Allah bukanlah Allah orang
mati, sebab di hadapan Dia semua orang hidup” (Luk. 20:38). Ini berarti,
kehendak Allah yang sesungguhnya ialah membangkitkan semua orang mati supaya
hidup di dalam terang kasih-Nya. Itulah alasan Tuhan Yesus mengorbankan
diri-Nya sendiri demia keselamatan semua orang. Ia mati di kayu salib supaya
dapat melawat ke dunia orang mati dan membangkitkan mereka semua. Kalau demikian,
kematian orang-orang yang percaya kepada Kristus mempunyai maknanya, yaitu akan
dibangkitkan oleh Kristus guna memperoleh kehidupan yang kekal.
Setiap orang boleh tidak percaya bahwa kebangkitan
badan itu tidak ada, namun Tuhan Yesus dengan jelas menunjuk bahwa hal itu ada.
Bahwa sesudah kematian tidak hanya jiwa manusia yang hidup terus, tetapi “tubuh
yang fana” ini juga akan hidup kembali” (Rm. 8:11) [KGK no. 990]. Hidup manusia
tidak hanya terbatas pada jiwanya, tetapi juga tubuhnya. Karenanya, yang akan
dibangkitkan oleh Tuhan Yesus di akhir
zaman adalah tubuh dan jiwa, seluruh keberadaan manusia seperti saat berada di
dunia. Dalam kemahakuasaan-Nya, Allah akan menganugerahkan kepada manusia tubuh
secara definitif kehidupan abadi, waktu Ia menyatukannya lagi dengan jiwa
manusia berkat kebangkitan Yesus [KGK no. 997]. Sama seperti Kristus yang telah
bangkit dengan tubuh-Nya sendiri, maka semua orang akan bangkit dengan tubuhnya
sendri, yang sekarang dimilikinya (Konsili Lateran IV: DS 801). Tetapi tubuh
mereka akan diubah ke dalam “rupa tubuh yang mulia” (Flp. 3:21), ke dalam “tubuh
rohani” [KGK no. 999].
Supaya manusia dapat bangkit bersama Kristus, maka ia
harus mati bersama Kristus; untuk itu perlu “beralih dari tubuh ini untuk
menetap pada Tuhan” [KGK no. 1005]. Maka janganlah takut, saudara, sebab
kematian kita tidaklah sia-sia apabila Kristus tetap ada di dalam hati dan sepanjang
hidup kita. Iman yang teguh akan Kristus adalah jawaban kebangkitan kita kelak.
Kristus inilah yang akan mengantar kita sampai ke dalam hidup yang abadi
bersama Allah Bapa di surga. Di sanalah kita diperkenankan untuk memandang dan
memuliakan Allah di dalam kemuliaan-Nya bersama para rasul dan orang kudus.
Fr. Ignasius Fernatyanan
Minggu, 10’11’13, #bangkit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar