18 November 2013

HIDUP: MENUJU PUNCAK, JALAN BERSAMA



Harus diakui bahwa hidup itu 'gampang-gampang sulit'. Gampangnya itu terletak pada kenyataan bahwa kita diciptakan oleh Allah; menerima hidup dari-Nya dan dinobatkan oleh Allah sendiri menjadi teman sekerja-Nya. Kesulitannya itu terletak pada kenyataan bahwa kita tidak setia kepada Allah yang telah menciptakan kita. Kecintaan kita kepada Allah masih ditandai dengan 'embel-embel' atau 'syarat-syarat' tertentu.

Pada akhirnya kita sendiri akan menyadari bahwa jalan hidup kita tidak dimaksudkan untuk ke bawah atau ke samping, tetapi ke puncak, yaitu surga, tempat Allah tinggal dan meraja. Dan itulah kesulitan kita, yaitu mencintai Allah. Butuh perjuangan ekstra untuk mencintai-Nya, karena mencintai Allah berarti memikul salib-salib hidup yang kita miliki. Salib-salib itu harus dipikul melalui jalan yang berbatu dan menanjak. Itulah perjuangan kita untuk sampai ke puncak itu. Siapa yang setia, pasti ia akan sampai di sana.

Kalau begitu, mencintai Allah butuh perjuangan, pengorbanan dan kesetiaan. Itulah hidup kita. Hidup yang di dalamnya ada usaha untuk selalu bersandar pada Allah. Hidup yang di dalamnya ada cinta yang ditujukan kepada Allah. Tapi jangan lupa bahwa ada orang lain di samping kita. Itulah keluarga, teman, sahabat dan partner kita yang diberikan Allah kepada kita. Mereka menjadi teman seperjalanan kita menuju puncak itu.

Allah tahu bahwa kita akan kesulitan dalam jalan ini dan dalam memikul salib kita menuju puncak itu, maka Ia memberikan orang lain supaya saling membahu, menolong dan memperhatikan. Kita butuh orang lain untuk belajar mencintai Allah. Kita butuh orang lain untuk memikul salib-salib hidup secara bersama. Dengan begitu menuju puncak, yaitu mencintai Allah adalah tugas kita bersama. Salib akan terasa ringan dan kecintaan terhadap Allah akan bertambah. Orang lain bukanlah lawan kita tetapi teman sekerja kita. Hargailah dia!!!

Ingat, Allah memberi hidup bagi kita dan mengumpulkan kita dalam persaudaraan. Di dalam persaudaraan itu, Ia dicintai dan meneguhkan kita dan membuat kita saling mencintai. Kalau kita sudah saling mencintai, maka jalan menuju puncak dengan salib di pundak terasa ringan dan kita akan sampai dengan selamat, berkumpul bersama Allah di dalam kerajaan-Nya.

Fr. Ignasius Fernatyanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar