Harus diakui bahwa hidup itu
'gampang-gampang sulit'. Gampangnya itu terletak pada kenyataan bahwa kita
diciptakan oleh Allah; menerima hidup dari-Nya dan dinobatkan oleh Allah
sendiri menjadi teman sekerja-Nya. Kesulitannya itu terletak pada kenyataan bahwa
kita tidak setia kepada Allah yang telah menciptakan kita. Kecintaan kita
kepada Allah masih ditandai dengan 'embel-embel' atau 'syarat-syarat' tertentu.
Pada akhirnya kita sendiri
akan menyadari bahwa jalan hidup kita tidak dimaksudkan untuk ke bawah atau ke
samping, tetapi ke puncak, yaitu surga, tempat Allah tinggal dan meraja. Dan
itulah kesulitan kita, yaitu mencintai Allah. Butuh perjuangan ekstra untuk
mencintai-Nya, karena mencintai Allah berarti memikul salib-salib hidup yang
kita miliki. Salib-salib itu harus dipikul melalui jalan yang berbatu dan
menanjak. Itulah perjuangan kita untuk sampai ke puncak itu. Siapa yang setia,
pasti ia akan sampai di sana.
Kalau begitu, mencintai
Allah butuh perjuangan, pengorbanan dan kesetiaan. Itulah hidup kita. Hidup
yang di dalamnya ada usaha untuk selalu bersandar pada Allah. Hidup yang di
dalamnya ada cinta yang ditujukan kepada Allah. Tapi jangan lupa bahwa ada
orang lain di samping kita. Itulah keluarga, teman, sahabat dan partner kita
yang diberikan Allah kepada kita. Mereka menjadi teman seperjalanan kita menuju
puncak itu.
Allah tahu bahwa kita akan
kesulitan dalam jalan ini dan dalam memikul salib kita menuju puncak itu, maka
Ia memberikan orang lain supaya saling membahu, menolong dan memperhatikan.
Kita butuh orang lain untuk belajar mencintai Allah. Kita butuh orang lain
untuk memikul salib-salib hidup secara bersama. Dengan begitu menuju puncak,
yaitu mencintai Allah adalah tugas kita bersama. Salib akan terasa ringan dan
kecintaan terhadap Allah akan bertambah. Orang lain bukanlah lawan kita tetapi
teman sekerja kita. Hargailah dia!!!
Ingat, Allah memberi hidup
bagi kita dan mengumpulkan kita dalam persaudaraan. Di dalam persaudaraan itu,
Ia dicintai dan meneguhkan kita dan membuat kita saling mencintai. Kalau kita
sudah saling mencintai, maka jalan menuju puncak dengan salib di pundak terasa
ringan dan kita akan sampai dengan selamat, berkumpul bersama Allah di dalam
kerajaan-Nya.
Fr. Ignasius
Fernatyanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar