11 November 2013

HAMBA ALLAH: SETIA & BERKORBAN



Renungan Lentera Jiwa

Selasa, 12 November 2013
Pw. St. Yosafat (M)
Keb. 2:23-3:9, Mzm. 34:2-3,16-17,18-19, Lukas 17:7-10

Ada orang yang menguasai dan ada yang dikuasai. Ada orang yang di atas, ada pula orang yang di bawah. Orang yang di atas sering menguasai orang yang di bawah. Karenanya orang yang di atas rela untuk membayar orang yang dibawahnya supaya bekerja untuknya. Maka, ada majikan dan ada ‘pekerja’. Sebetulnya, hal seperti itu sudah dimulai sejak zaman Yesus. Ada tuan yang memiliki hamba yang bekerja untuknya. Hal yang menyedihkan dari situasi hidup seperti itu ialah hamba tidak mendapatkan upah sepeser pun meskipun ia sudah bekerja keras untuk tuannya. Itulah nasibnya sebagai hamba, hanya bisa mengikuti perintah tuannya tanpa memperoleh jasa.

Saudara terkasih, hari ini Yesus berbicara soal “tuan dan hamba.” Seorang hamba punya tanggungjawab yang besar terhadap tuannya. Tugasnya ialah memerhatikan kebutuhan dan kepentingan tuannya; melayani tuannya saat makan dan minum, bekerja di ladang, dan mengikuti semua kemauan tuannya. Sudah begitu, hamba itu tidak punya hak untuk memeroleh upah, ucapan terima kasih dari sang tuan pun tidak. Sulit untuk memahami situasi hidup seperti itu, namun itulah kenyataannya saat itu.

Dengan bagus, kitab Kebijaksanaan menerangkan dan membela hidup seorang hamba seperti itu. Bagi manusia, perbuatan hamba itu terlihat seperti malapetaka untuk dirinya, dan kematiannya kelak dipandang sebagai kehancuran. Namun, mereka itulah yang berada di dalam ketentraman Allah. Pemazmur menambahkan bahwa hamba itu adalah orang benar. Apabila ia berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskannya dari segala kesesakan.

Hari ini juga, kita memperingati santo Yosafat, uskup dan martir. ‘Bermodalkan’ cinta kasih Kristus, sang martir Rusia ini berhasil memersatukan Gereja yang saat itu sedang terpecah-belah. Ia mati demi cita-citanya yang mulia itu, yaitu memersatukan umat Allah yang tercerai-berai. Itulah pekerjaan seorang hamba yang sejati. Ia bekerja untuk Allah dan mati demi Allah. Nyawanya dikurbankan demi kemuliaan Allah. Belajarlah dari santo Yosafat yang kita peringati hari ini. Ia sama seperti Kristus yang menyerahkan nayawa-Nya demi keselamatan kita. Kalau demikian, kita dituntut untuk menjadi hamba Allah yang sejati, setia dan berkorban untuk kemuliaan Allah. Jadi, upah kita ialah menerima mahkota surgawi.

“… kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.”
(Luk. 17:10b)

Tuhan, ajarilah kami untuk menjadi hamba-Mu yang sejati.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar