Selasa,
12 November 2013
Pw.
St. Yosafat (M)
Keb.
2:23-3:9, Mzm. 34:2-3,16-17,18-19, Lukas 17:7-10
Ada
orang yang menguasai dan ada yang dikuasai. Ada orang yang di atas, ada pula
orang yang di bawah. Orang yang di atas sering menguasai orang yang di bawah. Karenanya
orang yang di atas rela untuk membayar orang yang dibawahnya supaya bekerja
untuknya. Maka, ada majikan dan ada ‘pekerja’. Sebetulnya, hal seperti itu sudah
dimulai sejak zaman Yesus. Ada tuan yang memiliki hamba yang bekerja untuknya.
Hal yang menyedihkan dari situasi hidup seperti itu ialah hamba tidak
mendapatkan upah sepeser pun meskipun ia sudah bekerja keras untuk tuannya. Itulah
nasibnya sebagai hamba, hanya bisa mengikuti perintah tuannya tanpa memperoleh
jasa.
Saudara
terkasih, hari ini Yesus berbicara soal “tuan dan hamba.” Seorang hamba punya tanggungjawab
yang besar terhadap tuannya. Tugasnya ialah memerhatikan kebutuhan dan kepentingan
tuannya; melayani tuannya saat makan dan minum, bekerja di ladang, dan mengikuti
semua kemauan tuannya. Sudah begitu, hamba itu tidak punya hak untuk memeroleh
upah, ucapan terima kasih dari sang tuan pun tidak. Sulit untuk memahami
situasi hidup seperti itu, namun itulah kenyataannya saat itu.
Dengan
bagus, kitab Kebijaksanaan menerangkan dan membela hidup seorang hamba seperti
itu. Bagi manusia, perbuatan hamba itu terlihat seperti malapetaka untuk
dirinya, dan kematiannya kelak dipandang sebagai kehancuran. Namun, mereka
itulah yang berada di dalam ketentraman Allah. Pemazmur menambahkan bahwa hamba
itu adalah orang benar. Apabila ia berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan
melepaskannya dari segala kesesakan.
Hari
ini juga, kita memperingati santo Yosafat, uskup dan martir. ‘Bermodalkan’
cinta kasih Kristus, sang martir Rusia ini berhasil memersatukan Gereja yang
saat itu sedang terpecah-belah. Ia mati demi cita-citanya yang mulia itu, yaitu
memersatukan umat Allah yang tercerai-berai. Itulah pekerjaan seorang hamba
yang sejati. Ia bekerja untuk Allah dan mati demi Allah. Nyawanya dikurbankan
demi kemuliaan Allah. Belajarlah dari santo Yosafat yang kita peringati hari
ini. Ia sama seperti Kristus yang menyerahkan nayawa-Nya demi keselamatan kita.
Kalau demikian, kita dituntut untuk menjadi hamba Allah yang sejati, setia dan berkorban
untuk kemuliaan Allah. Jadi, upah kita ialah menerima mahkota surgawi.
“… kami hanya melakukan apa
yang harus kami lakukan.”
(Luk. 17:10b)
Tuhan,
ajarilah kami untuk menjadi hamba-Mu yang sejati.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar