Kawan,
kadang anak-anak lebih 'pandai' mengasihi dan pandai pula memelihara
kebahagiaan daripada orang dewasa. Permainan yang mereka miliki, mereka
cintai, dan kerena mereka cintai maka mereka jaga. Mereka menjaganya
dengan baik sehingga tidak ada orang yang dapat mengambil permainan itu
dari genggaman mereka. Dan ternyata, apa yang baik
bagi mereka itulah yang membuat mereka tetap semangat menjalani
hari-hari hidup mereka. Itulah sumber tawa dan kebahagiaan bagi mereka.
Bila ada orang yang mencoba untuk mengambil permainan itu, maka akan
ada kesedihan dan tangis sebagai tanda protes. Meminta permainan itu
dengan cara yang halus dan baik pun mereka tak akan memberinya karena
mereka mencintainya, karena mereka memperoleh kebahagiaan dari situ.
Sungguh, dunia mereka penuh kebahagiaan yang tak terbatas. Mereka suka
membangun permainan di atas dunia yang pada dasarnya merupakan sumber
kebahagiaan mereka. Itulah cara mereka, bahagia kerena cinta!
Bagaimana denganmu, kawan? Apakah Anda sudah cukup mencintai pasanganmu?
Istrimu? Suamimu? Sahabatmu? Kenalanmu? atau pun Musuhmu? Ketika
seorang menjadi pasanganmu, istrimu, suamimu, sahabatmu, kenalanmu, atau
juga musuhmu, maka mereka adalah 'milik'mu. Mereka adalah bagian dari
padamu. Apa lagi, ketika kamu sendiri mengatakan bahwa 'aku
mencintaimu', bagaimana kamu menjaga orang yang kamu cintai itu? Kalau
kamu 'mencintai' berarti kamu bahagia karena cinta itu.
Bila
datang amarah dan kebencian yang menggoncang relasimu dengan orang lain,
pasanganmu, istrimu, suamimu, sahabatmu, kenalamu, atau musuhmu,
bagaimanakah sikapmu? Kalau kamu tetap mencintai mereka-mereka itu, maka
pastilah kamu berusaha sekuat mungkin untuk tetap bertahan dengan
mereka. Namun, apa bila amarah dan kebencian lebih besar dari pada
cintamu atau kebahagiaanmu, maka sangat mungkin kamu akan melepaskan
mereka.
Lantas, bagaimana mungkin kamu bahagia, kalau cinta tidak kamu miliki?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar