28 September 2013

‘THANKS’ ATAS CINTA YG KAU BERIKAN, SAHABAT

Orang bilang hidup itu penuh ‘penderitaan’ karena begitu banyak persoalan yang datang silih berganti. Persoalan dengan diri sendiri, dengan orang lain bahkan dengan alam dan lingkungan sekitar. “Saya adalah pribadi yang bermasalah, bermasalah karena diriku sendiri yang belum bisa mengenal pihak lain di luar diriku.” Begitulah gerutu yang sering muncul di antara kita dan memberikan rasa yang berbeda karena menyakitkan. Memang sakit karena diri sendiri!

Lain kali, ketika ‘jatuh’, orang gampang untuk mempersalahkan yang lain, padahal koreksi atas diri sendiri tidak dilakukan. Sangat mungkin bahwa persoalan itu datang karena diri sendiri. Maka pantaslah untuk melihat ke dalam diri sendiri sambil tidak ‘mengkambing-hitamkan’ yang lain. Ketika saya menunjuk orang lain, maka sebetulnya saat itu saya sedang memberikan ruang bagi kebencian dan dendam terhadap orang lain. Janganlah seperti itu, sahabat!

Sekali lagi, lihatlah ke dalam dirimu sendiri maka kamu akan tahu bagaimana duduk persoalannya dan lalu menentukan sikap yang baik yang pantas dihidupi. Namun demikian, salah satu instrumen penting yang tidak bisa kita lupakan adalah Cinta. Cinta mampu mengubah segalanya. Saya sudah belajar banyak dari sahabat-sahabat sekalian tentang instrumen yang satu ini. Terlebih, pernah ada Cinta yang tulus datang dari seseorang.

Melihat ke dalam diri sendiri dan menggenggam erat Cinta yang pernah melintas di dalam hidup kita. Itulah yang membesarkan hatimu, jiwamu dan pribadimu. Jangan mudah menghakimi orang lain bila persoalan mendera hidupmu. Bisa jadi, orang yang kamu hakimi pernah mencintaimu dengan tulus. Maka satu persoalan, janganlah menjadi batu sandungan bagi persaudaraan, persahabatan dan kekeluargaan yang sudah terbina dengan sangat baik.

Menghadapi satu persoalan hidup bukanlah menjadi satu alasan bagi kita untuk menghakimi dan malah menjatuhkan orang lain. Sebaliknya, hal itu menjadi kesempatan yang bagus bagi kita untuk belajar mencintai orang lain dengan sabar. Tentu saja dengan modal instrumen Cinta yang telah kita dapatkan dari mereka yang mencintai kita. Terima kasih sahabat-sahabatku, kalian telah turut mengajariku tentang ketulusan Cinta itu. Terima kasih untukmu (kasep).

Sekali lagi, terima kasih atas Cinta yang kau berikan kepadaku, sahabat. Kau hebat karena sudah mengajarkan ketulusan Cinta itu kepadaku. Mungkin aku perlu belajar untuk mencintai orang lain dengan tulus seperti yang kau lakukan. Ternyata, ketulusan Cinta itu membuka harapan baru yang tak bisa dikuburkan oleh waktu dan kematian. Dan, “harapan itu tidaklah sirna oleh kematian, kegelapan, dan kesulitan. Fajar membawa harapan karena selalu menghadirkan kasih Allah yang tidak pernah berhenti.” Harapan itu menjadi sempurna ketika Cinta ‘dileburkan’ di dalamnya. (Salam Kasih untukmu selalu, sahabat).

Terima kasih atas Ketulusan Cinta yang kau beri!!!

#The_End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar