Orang bilang hidup itu
penuh ‘penderitaan’ karena begitu banyak persoalan yang datang silih berganti. Persoalan
dengan diri sendiri, dengan orang lain bahkan dengan alam dan lingkungan
sekitar. “Saya adalah pribadi yang bermasalah, bermasalah karena diriku sendiri
yang belum bisa mengenal pihak lain di luar diriku.” Begitulah gerutu yang
sering muncul di antara kita dan memberikan rasa yang berbeda karena
menyakitkan. Memang sakit karena diri sendiri!
Lain kali, ketika ‘jatuh’,
orang gampang untuk mempersalahkan yang lain, padahal koreksi atas diri sendiri
tidak dilakukan. Sangat mungkin bahwa persoalan itu datang karena diri sendiri.
Maka pantaslah untuk melihat ke dalam diri sendiri sambil tidak ‘mengkambing-hitamkan’
yang lain. Ketika saya menunjuk orang lain, maka sebetulnya saat itu saya
sedang memberikan ruang bagi kebencian dan dendam terhadap orang lain. Janganlah
seperti itu, sahabat!
Sekali lagi, lihatlah
ke dalam dirimu sendiri maka kamu akan tahu bagaimana duduk persoalannya dan lalu
menentukan sikap yang baik yang pantas dihidupi. Namun demikian, salah satu
instrumen penting yang tidak bisa kita lupakan adalah Cinta. Cinta mampu
mengubah segalanya. Saya sudah belajar banyak dari sahabat-sahabat sekalian
tentang instrumen yang satu ini. Terlebih, pernah ada Cinta yang tulus datang
dari seseorang.
Melihat ke dalam diri
sendiri dan menggenggam erat Cinta yang pernah melintas di dalam hidup kita. Itulah
yang membesarkan hatimu, jiwamu dan pribadimu. Jangan mudah menghakimi orang
lain bila persoalan mendera hidupmu. Bisa jadi, orang yang kamu hakimi pernah
mencintaimu dengan tulus. Maka satu persoalan, janganlah menjadi batu sandungan
bagi persaudaraan, persahabatan dan kekeluargaan yang sudah terbina dengan
sangat baik.
Menghadapi satu
persoalan hidup bukanlah menjadi satu alasan bagi kita untuk menghakimi dan
malah menjatuhkan orang lain. Sebaliknya, hal itu menjadi kesempatan yang bagus
bagi kita untuk belajar mencintai orang lain dengan sabar. Tentu saja dengan
modal instrumen Cinta yang telah kita dapatkan dari mereka yang mencintai kita.
Terima kasih sahabat-sahabatku, kalian telah turut mengajariku tentang
ketulusan Cinta itu. Terima kasih untukmu (kasep).
Sekali lagi, terima
kasih atas Cinta yang kau berikan kepadaku, sahabat. Kau hebat karena sudah
mengajarkan ketulusan Cinta itu kepadaku. Mungkin aku perlu belajar untuk
mencintai orang lain dengan tulus seperti yang kau lakukan. Ternyata, ketulusan
Cinta itu membuka harapan baru yang tak bisa dikuburkan oleh waktu dan kematian. Dan, “harapan
itu tidaklah sirna oleh
kematian, kegelapan, dan kesulitan. Fajar membawa harapan karena selalu
menghadirkan kasih Allah yang tidak pernah berhenti.” Harapan itu menjadi sempurna ketika Cinta ‘dileburkan’
di dalamnya. (Salam Kasih untukmu selalu, sahabat).
Terima kasih atas Ketulusan
Cinta yang kau beri!!!
#The_End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar