Melalui Abraham, Allah menjanjikan keturunan yang
banyak, tanah yang berlimpah susu dan madunya beserta perlindungan terhadap
Abraham. Apa yang dijanjikan oleh Allah semuanya dibuktikan dan menjadi
kebenaran bagi Abraham. Kesetiaan Abraham pada Allah mendatangkan berkat
baginya, yaitu memiliki seorang anak dari Allah dan memperoleh segala sesuatu
yang dijanjikan Allah kepadanya. Dengan Sara, istrinya, Abraham meninggalkan ‘zona
nyaman’, Ur-Kasdim. Sara yang katanya mandul dapat melahirkan seorang anak bagi
Abraham. Bukan hanya itu, Abraham pun sampai ke negeri Kanaan, tanah yang
dijanjikan Allah kepadanya. Di sana berlimpah susu dan madunya, berkat yang
berlimpah dari Allah kepada Abraham. Allah menepati janji-Nya kepada Abraham
karena kesetiaannya kapada Allah. Sabda Allah didengarkan oleh Abraham sehingga
ia tidak mengalami ‘kerugian’ melainkan berkat secara rohani dan jasmani dari Allah.
Zakharia x Elisabet dan Yohanes
Bagi orang Yahudi, kemandulan merupakan suatu kutukan
dari Allah bagi setiap perempuan yang sudah menikah. Elisabet mengalami hal
itu. Elisabet dianggap terkutuk karena tidak melahirkan seorang anak bagi
Zakharia. Dan ternyata, Allah mengubah kutuk menjadi berkat. Banyak orang yang ketakutan
dan terheran-heran melihat hal itu. Zakharia yang bisu dapat berbicara kembali
oleh karena kuasa Allah yang turun ke atasnya. Allah telah menunjukkan
rahmat-Nya kepada keluarga ini. Allah menepis segala anggapan dan kutukan yang
berkembang di tengah-tengah orang-orang Yahudi. Sungguh, kelahiran Yohanes
menjadi berkat bagi keluarga ini. Tangan Allah menyertai dia dan kelak menjadi
pembaptis, perintis jalan bagi Allah sendiri. Banyak orang dibaptisnya dan
beroleh keselamatan dari Allah sendiri. Inilah pekerjaan yang dikehendaki oleh
Allah, yaitu mengajak orang lain untuk menyambut Kerajaan Allah dan menerimanya.
Yusuf x Maria dan Yesus
Inilah keluarga kudus dari Nazaret dengan Yusuf
sebagai kepala keluarga dan Maria sebagai wanit yang tunduk dan taat kepada
Allah. Yesus, Putera Allah yang hidup, dilahirkan di tengah keluarga ini. Roh Kudus
yang bekerja dalam diri Maria menjadikannya sebagai wanit yang paling dirahmati
oleh Allah. Kesalehan Yusuf dan kesetiaan Maria menjadi modal utama bagi Allah
untuk melahirkan Putera-Nya bagi mereka dan dunia. “Conceptio per aurem”, Maria
mengandung lewat telinganya yang selalu diarahkan kepada Sabda Allah. Ia mendengarkan
Allah, demikian juga Yusuf yang kemudian tidak menceraikan Maria. Allah sungguh
hadir di tengah keluarga ini. Karena itulah Maria terus taat kepada Allah hingga
di bawah kaki salib Yesus, bahkan sampai diangkat ke surga. Sabda Allah hadir
secara nyata dan mengorbankan diri-Nya bagi semua orang yang pernah hidup. Sabda
itulah yang mewartakan Kerajaan Allah dan mengampuni dosa-dosa manusia.
Mengapa Keluarga?
Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini diisi dengan tema “keluarga
bersekutu dalam Sabda.” Tema ini diangkat bukan tanpa alasan tapi karena disadari
bahwa keluarga merupakan locus atau
tempat di mana Allah membagikan kasih-Nya kepada manusia melalui ayah, ibu dan
anak. Setiap keluarga dapat ada karena cinta Allahlah yang menyatukannya. Suami
dan istri dapat bertemu karena keduanya diikat oleh cinta Allah yang sempurna. Allah
menghendaki agar keduanya bersatu dan bartahan hingga akhir hayat hidup mereka.
Itu sebabnya kasih itu tidak boleh diceraikan atau diputuskan oleh manusia. Hubungan
yang disatukan oleh cinta itu hanya dapat dipertahankan kalau di dalamnya
tumbuh semangat Injil, sang Sabda yang membebaskan manusia dari kejahatan. Sabda
itu harus meresap sampai pada lubuk hati setiap anggota keluarga. Itulah hidup
yang sesungguhnya yang dikehendaki oleh Allah sendiri.
Di samping itu, keluarga merupakan panggilan hidup
yang kudus dari Allah. Tugasnya adalah mewartakan Sabda itu di dalam keluarga
sendiri, pun di luarnya. Keluarga menjadi sarana terpenting bagi Allah karena
meleluinya, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada setiap orang di muka bumi ini. Kalau
demikian, setiap keluarga hendaklah lebih mengenal Allah melalui Sabda-Nya dan
mewartakan-Nya kepada anggota-anggotanya dan siapa saja. Itulah tugas dan
panggilan keluarga yang sejati. Karena itu setiap orang perlu bersekutu dengan
Sabda agar hidup imannya kepada Allah dan membawa Allah ke dalam hidupnya dan
hidup orang lain. Mari kita merefleksikan tiga keluarga di atas.
Sadara-saudariku yang terkasih, sebentar lagi bulan
Kitab Suci (September) akan berakhir. Waktu yang disediakan untuk secara rutin
membaca Kitab Suci, sebentar lagi mencapai akhirnya. Namun ingatlah bahwa Sabda
Tuhan itu tidak pernah berlalu. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat.
24:35). Langit dan bumi adalah bagian dari waktu, mereka akan hancur tatkala
masanya telah habis. Akan tetapi, Sabda yang datang dari Allah tidak akan
pernah berakhir atau hancur oleh waktu. Sabda itu kekal sehingga menghidupkan
manusia bila manusia tetap berpegang teguh pada-Nya. Itulah sebabnya semua
orang, siapa saja, patut tunduk kepada Sabda itu. Sabda Yesus penuh kuasa,
mampu mengubah segala sesuatu menjadi baik, berguna bagi manusia.
Setiap keluarga kristiani pantas mendengarkan
Sabda itu dan menjadikan-Nya sebagai pedoman dalam hidupnya. Ingatlah bahwa Anda
semua (Suami, Istri dan Anak) ‘dikumpulkan’ oleh Allah sendiri guna memuliakan-Nya.
Sabda Allah adalah hal yang paling dasar, penting, dan mendesak untuk
diwartakan, terutama di dalam hidupmu. Meski waktu berakhir, tapi Sabda itu
tidaklah berakhir. Ia yang menjadikan segala sesuatu dan segala sesuatu
diarahkan kepada-Nya. Hiduplah seturut Sabda itu. Sabda-Nya adalah jalan,
pelita bagi langkah hidup manusia.
Salam Kasih
Fr. Ignasius Fernatyanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar