(dalam konsepsi manusia-#SekedarMenghangatkanPikiran)
Kata temanku: "ada itu ada, ketiadaan itu ada.
Baik 'ada' dan 'tidak ada' itu ada." Keduanya sama-sama ada. Tidak mungkin
kita mengatakan sesuatu itu 'tidak ada' tanpa sesuatu itu 'ada' terlebih
dahulu. Sebaliknya, kita mengatakan sesuatu itu 'ada' karena sebelumnya sesuatu
itu 'tidak ada'. Jadi, 'ada' mengandaikan 'ketiadaan', dan 'ketiadaan'
mengandaikan 'ke-ada-an'.
Dalam penghayatan iman Kekristenan, Allah itu yang
kelihatan dan tak kelihatan (Visibel et Invisibel). Allah itu 'ada' sekaligus
'tidak ada'. Kalau begitu, Allah berkuasa atas 'ada' dan 'ketiadaan'. Konsep manusia
tentang 'ada' dan 'ketiadaan' itu dilampaui oleh Allah. Konsekuensinya, Allah
yang kelihatan dan tak kelihatan itu punya kemampuan untuk menciptakan
'keadaan' dan 'ketiadaan' sekaligus.
Menarik bahwa manusia sendiri dapat mengerti
eksistensi dan identitasnya sebagai manusia yang diciptakan dari ketiadaan.
Sebelumnya manusia 'tidak ada', maka Allah 'mengadakannya'/menciptakannya.
Allah, dengan kesadaran-Nya yang sempurna, memilih untuk membuat menusia
bereksistensi. Ia, dengan kuasa-Nya, menghendaki, merencanakan dan menempatkan
manusia dalam tata ciptaan-Nya.
Maka jawaban atas pertanyaan, "Dari mana
manusia berasal?" adalah Allah. Mengapa? Karena manusia tidak dapat
menciptakan dirinya sendiri. Manusia hanya dapat 'mengulangi' apa yang telah
diciptakan Allah, yaitu dirinya sendiri. Dengan kata lain, menusia hanya mampu
melahirkan apa yang telah 'dilahirkan' Allah sebelumnya. Dengan begitu, sikap
skeptis terhadap eksistensi Allah perlu dikikis, bahkan dilenyapkan.
"Saya ada karena ada-nya sesuatu yang lain. Tidak mungkin saya ada tanpa penyebab. Harus ada sesuatu yang mendahului keberadaan saya, barulah saya ada." Sesuatu itu adalah Allah. Santo Anselmus Canterbury menybutnya sebagai IQM (Id quo maius cogitari nequit). Allah adalah Dia yang tentang-Nya kita tidak dapat memikirkan sesuatu yang lebih besar lagi.
"Saya ada karena ada-nya sesuatu yang lain. Tidak mungkin saya ada tanpa penyebab. Harus ada sesuatu yang mendahului keberadaan saya, barulah saya ada." Sesuatu itu adalah Allah. Santo Anselmus Canterbury menybutnya sebagai IQM (Id quo maius cogitari nequit). Allah adalah Dia yang tentang-Nya kita tidak dapat memikirkan sesuatu yang lebih besar lagi.
('dego-dego' agora)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar