12 Juni 2013

YESUS ADALAH “HUKUM” YANG SEMPURNA



Bagi orang Yahudi, hukum Taurat adalah tanda Cinta Kasih Allah. Dengan mengikuti hukum itu, mereka dituntun kepada Allah sendiri. Itu berarti, hukum Taurat merupakan petunjuk, arah, dan pedoman bagi setiap orang untuk mencapai kebenaran dan belas kasih Allah. Karena itu, hidup yang bertentangan dengan hukum Taurat itu dianggap sebagai usaha untuk melecehkan Allah. Karena itulah, orang Yahudi diminta untuk senantiasa mentaati hukum Taurat dengan baik.

Berhadapan dengan situasi hidup orang Yahudi dan hukum Taurat itu, Tuhan Yesus menampilkan diri sebagai Dia yang menggenapi hukum Yahudi. “"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Jelas bahwa Tuhan Yesus sama sekali tidak mau meniadakan hukum Taurat itu, melainkan menggenapinya. Itulah hukum Cinta Kasih.

Melalui hukum Taurat, Allah mengasihi umatNya, Israel dan keturunannya. Barangsiapa yang tunduk kepada hukum itu, ia memperoleh sukacita di dalam Allah. Allah ingin agar umatNya tetap utuh dan menampilkan perbuatan-perbuatan baik yang mencerminkan kasih Allah. Namun demikian, dalam diri Yesus, kasih Allah lebih nyata dan sempurna kepada manusia. Tuhan Yesus hadir sebagai tanda kehadiran Allah yang menyertai umatNya; Allah yang hadir dengan hukumNya.

Kalau demikian, hukum Taurat yang berabad-abad dipelihara oleh bangsa Israel (orang Yahudi) menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Hukum itu kini bisa dilihat, disentuh dan diteladani, bahkan diimani dengan jelas dan sempurna. Itulah sebabnya, Santo Paulus berkata “Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan.” Itu berarti, Tuhan Yesus menyempurnakan hukum Taurat dan hidup manusia menjadi bermakna.

Kita adalah para pengikut Kristus yang setia. Dalam kesetiaan itu, kita diminta untuk meneladani Kristus sebagai hukum, pedoman, petunjuk arah hidup kita. Dialah yang menjadi jalan, kebenaran dan hidup dalam kemuliaan Allah. Konsekuensinya, kita dutuntut untuk mengimani Kristus terlebih dahulu. Iman akan Kristus menuntun kita pada pengenalan yang benar akan Kristus. Sebab, Kristus adalah Imanuel, Allah yang menyertai umatNya. Kalau kita sudah mengimani dan mengenal Kristus, maka hukum Cinta Kasih dapat kita tegakkan di dalam hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar