27 Juni 2013

‘FONDASI’-KU: “DENGAR” & “LAKUKAN” SABDA ALLAH

Kadang kala orang berpikir bahwa melakukan tindakan tidak terpuji itu merupakan satu kebahagiaan tersendiri baginya. Misalnya si koruptor yang memakan habis uang rakyat demi kepentingannya. Baginya, itu merupakan satu tindakan “baik” karena berguna untuk dirinya sendiri. Demi dirinya, ia mengorbankan banyak orang. Demi dirinya, ia mengabaikan hati nuraninya sendiri. Dan, demi dirinya, ia meninggalkan norma-norma moral dan agama yang dimilikinya. Bahkan, demi dirinya, ia rela meninggalkan Tuhan.

Orang seperti itu tidak memiliki ‘fondasi’ yang kuat, bahkan tidak punya fondasi di dalam hidupnya sendiri. Rumah yang dibangun dengan dasar atau fondasi yang kuat tidak akan goyah bila diterpa banjir, angin atau hujan yang kencang. Sebaliknya, rumah yang dibangun di atas pasir pastilah tidak bertahan lama. Ia tidak bertahan lama karena fondasinya lemah dan tidak bisa diandalkan. Koruptor itu seperti itu; tidak bertahan lama. Dirinya pasti akan diejek-ejek oleh orang lain, dicibir dan dibenci setelah dinyatakan sebagai terdakwa oleh KPK.

Poinnya ada pada “fondasi” itu. Fondasi orang yang percaya kepada Allah adalah Sabda-Nya. Sabda itu datang dari Allah dan masuk melalui telinga pendengar. Konsekuensi lanjutnya ialah melakukan Sabda itu di dalam hidupnya. Orang beriman itu dekat kepada Allah. Ia berlindung dalam naungan Allah, makanannya ialah Sabda itu. Itulah yang menguatkannya sepanjang hidup. Karena itu, baginya, mendengar sang Sabda adalah suatu kewajiban dan melaksanakan Sabda itu adalah suatu keharusan. Pastilah badai tak dapat menggoncang orang itu.

Para sahabatku yang terkasih, hari ini Tuhan Yesus memberikan perhatian penting akan kekuatan Sabda dalam hidup kita. Orang yang bijaksana membangun rumahnya di atas batu sehingga badai kehidupan tidak sanggup merobohkan rumahnya. Kalau Sabda Allah dengan tekun didengarkan dan dilaksanakan di dalam hidup, maka kehidupan kita akan semakin berbuah manis. Manisnya ialah saya, Anda dan kita semua memperoleh kebahagian yang kekal. Kebahagiaan itu tidak sementara dan kita pun tidak terperangkap oleh dunia yang fana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar