“Melkisedek” berarti “Rajaku yang adil.” Raja yang
adil senantiasa mengusahakan kesejahteraan, kedamaian dan kebenaran bagi
rakyatnya. Karena itu, Melkisedek seringkali disebut sebagai raja yang agung. Dalam
Perjanjian Lama, raja yang adil dan agung itu hadir dalam diri Daud. Bangsa Israel
bersukacita karena memiliki raja seperti Daud. Demikian juga putera Daud,
Salomo (Syalom, damai sejahtera). Dalam diri
Daud dan Salomo, bangsa Israel menemukan masa kejayaan mereka.
Namun demikian, Perjanjian
Baru menampilkan pribadi, raja dan penguasa yang lebih adil, lebih adil dan
lebih agung, yaitu Putera Allah, Yesus Kristus. Dialah manusia yang memberikan
damai sejahtera yang berlimpah kepada seluruh umat manusia. Dengan Tubuh dan
DarahNya, Ia menjadikan semua orang “hidup” dan layak di hadapan Allah. Begitulah
kesaksian para rasul, juga kesaksian Santo Paulus. Santo Paulus mengatakan
bahwa “Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan,
yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan
sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: Inilah
tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan
Aku!”
Bukan tanpa alasan Santo Paulus berkata demikian
karena ia menerima semua itu berkat kesaksian para rasul. Ia memperoleh semua
itu dari tradisi yang dihidupkan oleh Gereja Perdana. Apa yang disampaikan oleh
Santo Paulus ini menjadi nyata pada hari ini. Hari ini Tuhan Yesus membuat
suatu mujizat besar, yakni memberi makan lima ribu orang. Yesus menunjukkan
bahwa Ia adalah Raja yang adil dan benar serta memperhatikan kesejahteraan para
pengikutNya. Dia adalah Melkisedek yang baru dan agung.
Lantas, bagaimana dengan kita yang menjadi
pengikut Kristus di masa sekarang ini? Apakah Tuhan Yesus masih memberikan
kesejahteraan, kedamaian dan keadilan bagi kita? Dan, apakah Tuhan Yesus juga
memberi kita makanan sama seperti lima ribu orang itu? Sangat MASIH, saudaraku.
Malahan lebih dari pada sangat MASIH. Ia masih memberi semua itu kepada kita. Bahkan,
setiap hari, setiap Minggu, dan setiap saat, Ia membuat mujizat yang lebih
besar lagi kepada kita. Ia senantiasa memperhatikan kita.
Apakah buktinya? Buktinya ialah EKARISTI. Ekaristi
ialah mujizat terbesar yang pernah Tuhan berikan kepada kita. Di dalam Ekaristi
kita mencicipi makanan surgawi, bukan sekedar makanan biasa. Ekaristi menjadi sumber
dan puncak kehidupan kita, para pengikutNya. Lewat Ekaristi, Tuhan memberikan Tubuh
dan DarahNya kepada kita secara langsung, “gratis” dan menyelamatkan. Tuhan mengurbankan
diriNya demi keselamatan kita. Lalu, bagaimanakah reaksi kita, pengikut-Nya
terhadap Ekaristi kudus?
Banyak orang yang mengatakan bahwa Ekaristi yang
dirayakan di dalam Gereja itu terlalu panjang dan membosankan. Tapi kata Santo
Josemaria Escriva: “Bukan perayaan Ekaristi yang terlalu panjang dan
membosankan, melainkan cinta dan akal budi mereka yang terlalu pendek dan
lemah.” Kepada para imam, Beata Teresa dari Kalkuta berkata: “Hai para imam,
rayakanlah Ekaristi seoalah-olah itu adalah perayaan Ekaristimu yang pertama
dan terakhir.” Kalau begitu, Ekaristi itu sungguh perayaan Tuhan.
Saudaraku, Tuhan menyelamatkanmu lewat Ekaristi
yang kamu rayakan setiap hari. Di dalam Ekaristilah Tuhan menunjukkan
kemuliaanNya yang besar. Di dalam Ekaristilah Tuhan mengurbankan seluruh
hidupNya untuk kita. Di dalam Ekaristi kita memperoleh rahmat persekutuan antara
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Transubstansiasi, roti dan anggur berubah menjadi
Tubuh dan Darah Kristus. Cintailah Ekaristi. Datanglah, Tuhan mengundangmu
untuk bersatu denganNya di dalam Ekaristi Kudus.
(engga_red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar