4 Juni 2013

DUKA, KECEMASAN & KESEDIHAN MEREKA ADALAH TANGGUNGJAWAB KITA BERSAMA



Sejak kemarin, tadi malam, hingga pagi tadi aku “bergulat” dan merenungkan tentang relasi personal yang ada di dalam diri Allah. Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Allah yang memiliki satu hakikat, namun berbeda dalam pribadi. Allah yang satu hakekat itu mewujud dalam cara yang berbeda. Inilah inti dari iman Kristen. Bahwa sesungguhnya, kita mengimani bahwa Allah itu satu saja dan hadir dalam diri Bapa, hadir dalam diri Putera, dan hadir dalam diri Roh Kudus. Itulah sedikit pergulatan yang kualami.

Di dalam pergulatan yang kurangkaikan dalam secercah harapan ini, aku menemukan bahwa ada relasi yang terjadi di dalam diri Allah. Bapa berelasi dengan Putera, Putera berelasi dengan Roh Kudus dan sebaliknya. “Ketiganya” saling berelasi satu sama lain. Dengan kata lain, hakikat Allah dapat dimengerti kalau di dalam diriNya ada relasi itu. Bapa menjadi Bapa jikalau Putera bereksistensi, demikian juga Roh Kudus. Betapa intim relasi itu. Relasi itu dibalut dan diwarnai dengan Cinta yang begitu indah.

Karena itulah, kita menyebut bahwa Allah adalah Cinta, Allah adalah Kasih. Cinta dan Kasih itu menjadi nampak bagi manusia karena relasi itu terjadi di dalam diri Allah. Cinta Kasih yang nyata di dalam diri Allah itu disentuhkan juga pada manusia yang lahir sebagai ciptaan Allah. Manusia diciptakan atas dasar Cinta dan Kasih Allah sendiri. Alam dan jagat raya dibentuk juga atas dasar Cinta Kasih Allah. Allah menjadi sumber segala sesuatu. Ternyata, relasi Allah mewujud dan nayata pula dalam karya Allah.
 
Bagaimana dengan keberadaan ciptaan yang “kelihatannya” tidak sesuai dengan maksud Allah? Bagaimana dengan mereka yang setiap hari berduka? Bagaimana dengan mereka yang setiap hari mengalami kecemasan? Bagaimana dengan mereka yang setiap hari dihampiri oleh kesedihan? Bagaimana dan bagaimana pula mereka-mereka itu? Ketahuilah, ketika Allah menciptakan manusia, Ia dengan tahu dan mau menempatkan CintaNya di dalam hati manusia. Untuk apa sajakah Cinta itu?

Cinta Allah itu ditempatkan di dalam hati manusia supaya manusia tahu mencintai sesamanya. Kasih itu ditempatkan di dalam hati manusia supaya manusia tahu berbagi rasa terhadap ciptaan yang lain. Jelaslah bahwa Cinta itu tidak dimaksudkan untuk “cinta diri” semata, melainkan Cinta untuk yang lain. Ketika Cinta itu disentuhkan kepada yang lain, manusia memperlihatkan relasi yang ada di dalam diri Allah sendiri. Ketika Cinta itu ditunjukkan kepada yang lain, maka manusia telah mencintai Allah pula.

Duka, kecemasan, kesedihan dan seterusnya yang dimiliki oleh manusia adalah “usaha” Allah mengajak manusia untuk membagikan Cinta kepada yang mengalami semua rasa perih itu. Dengan kata lain, kedukaan, kecemasan dan kesedihan sesama dan ciptaan yang lain adalah tanggung jawab kita bersama. Hatilah yang berbicara saat itu. Hati itulah yang melahirkan Cinta kepada sesama. Saat itu pula, Allah “tersenyum” di surga karena melihat manusia saling mencintai, menolong dan memperhatikan.

Lagi-lagi, aku suka mengatakan ini, “Kita mencintai karena Allah lebih dahulu mencintai kita.” Sungguh ‘ajaiblah’ Allah kita yang hadir sebagai sumber Cinta. Relasi Cinta yang dimilikiNya dibagikan pula kepada seluruh ciptaanNya. Relasi CintaNya yang abadi mewarnai juga hidup manusia. Dengan begitu, manusia dapat ditempatkan dalam tata keselamatan Allah sendiri. Lantas, bagaimana dengan Saya, Anda dan kita semua? Apakah kita sudah cukup mencintai orang lain yang sedang menderita di dalam hidupnya?

Lembah Bantik Pineleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar