12 Mei 2013

PERSAUDAARAN DAN PERSATUAN MENJADI MUNGKIN KARENA ALLAH



KHOTHBAH WEEK-END PASTORAL


Orang tua yang baik ialah mereka yang tidak menghendaki agar anak-anak mereka tersesat, sakit, malas, jahat dan seterusnya. Orang tua punya peranan penting dalam perkembangan hidup anak di masa yang akan datang. Mereka selalu mengusahakan agar anak-anak mereka dapat bersekolah dan kemudian menjadi anak-anak yang memiliki kehidupan yang layak. Ada kasih sayang orang tua yang terungkap di sana lewat perhatian kepada anak-anak. Tujuannya dari kasih sayang dan perhatian dari orang tua itu jelas, yakni agar anak-anak mereka memperoleh hidup yang bahagia.

Santo Agustinus adalah anak dari Santa Monika. Agustinus dikenal sebagai anak yang kafir seperti ayahnya yang juga kafir. Ia adalah anak yang jahat dan tidak percaya kepada Allah. Dalam keadaan yang seperti itu, Monika selalu berdoa kepada anaknya, Agustinus. Monika menghendaki agar Agustinus menjadi anak yang baik dan taat kepada Allah. Karena itu setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik, Monika selalu berdoa kepada Allah agar Agustinus dapat berubah dan mengikuti jalan hidup ibunya itu. Doa Monika terkabulkan juga dan Agustinus kemudian berubah dan sampai saat ini Agustinus diangkat sebagai seorang Santo dalam Gereja Katolik. Di samping itu, Monika pun diangkat menjadi Santa atas jasa-jasanya dalam mendoakan anaknya itu.

Santa Monika sebetulnya menghendaki agar Santo Agustinus menjadi orang yang baik di hadapan Allah dan sesama. Hal itu menjadi nyata dalam setiap doa-doa Santa Monika. Santa Monika tak pernah lelah dalam mendoakan anaknya itu. Hingga pada akhirnya Santo Agustinus menjadi anak yang terpandang di dalam Gereja Katolik karena jasa-jasanya dalam mempertahankan iman kekristenan. Itulah kasih sayang dari seorang ibu kepada anaknya. Di samping itu, doa menjadi sarana terpenting dalam membangun hidup yang baik. Keterlibatan Allah dalam perkembangan dan keselamatan manusia sangat nyata. Itulah yang telah dilakukan oleh Santa Monika. Ia mendoakan anaknya yang sangat ia kasihi. Efeknya ialah, Agustinus bertobat dan mengenal Allah dengan baik dan benar.

Saudara-saudariku yang terkasih, hal yang sama dibuat juga oleh Yesus kepada murid-muridNya sebelum Ia menderita sengsara. Yesus berdoa kepada Bapa di surga agar murid-muridNya tetap bersatu, tidak tercerai-berai, melainkan menjaga persatuan di antara mereka. Bukan saja para muridNya yang Yesus doakan tetapi juga mereka yang percaya kepada ajaran para murid itu di kemudian hari. Yesus menghendaki agar dunia menjadi satu di dalam Dia, seperti Dia di dalam Bapa. Dan, persatuan itu hanya mungkin jika Allah turut hadir di dalamnya. Itulah sebabnya Yesus berdoa kepada Bapa, sebab Bapalah yang menciptakan segala sesuatu. Segala sesuatu datang dari Bapa sehingga perlu ada kesatuan dan bukan perceraian atau perpecahan.

Ada satu hal penting yang digarisbawahi oleh Tuhan Yesus dalam doaNya itu, yaitu “kasih.” Hanya dengan kasih semua orang dapat disatukan, sama seperti Bapa mengasihi Putera sehingga keduanya adalah satu adanya. Kesatuan Bapa dan Putera yang dicirikhaskan dengan kasih itu dikehendaki oleh Yesus agar terlaksana di dunia ini. Inilah yang menjadi doa Yesus kepada Bapa di surga. Ternyata, Yesus sangat mengasihi para muridNya dan dunia, dan kerena itu Ia menghendaki agar semuanya bersatu berkat diriNya sendiri. KehendakNya itu telah ditunjukkan dengan penderitaanNya di salib. Peristiwa salib menjadi bukti bahwa Yesus sungguh mengasihi umatNya. Ia mengorbankan diri agar semua orang menjadi satu di dalam Bapa yang mengutus diriNya. Itulah sebabnya penderitaan Yesus dilihat sebagai pengorbanan diri yang bertujuan untuk menyatukan umat manusia. Itulah juga yang menjadi bukti bahwa Yesus sangat mengasihi dunia.

            Saudara-saudariku yang terkasih, Santo Stefanus adalah martir yang dirajam dengan batu sampai mati. Stefanus menunjukkan kepada kita bahwa ia sungguh mengasihi Kristus dan mendoakan mereka yang telah merajamnya dengan batu. Ia rela menderita demi kebenaran yang ia temukan dalam diri Kristus. Ia membela iman Kristen yang bertumpu pada Yesus Kristus itu. Itulah kasihnya kepada Kristus dan kepada kita saat ini. Lantas, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mengasihi Kristus yang mengasihi kita? Apakah kita telah mendoakan mereka yang berbuat salah kepada kita? Apakah kita sudah memelihara persaudaraan di dalam kehidupan kita? Apakah kita pernah memperjuangkan kebenaran di dalam persaudaraan itu?

            Saya mengajak Anda semua untuk membuka hati dan mata kita. Mari kita lihat kasih yang ditunjukkan Kristus kepada kita dalam peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Mari, kita belajar dari Kristus sendiri dan dari Santa Monika serta Santo Stefanus. Kristus menunjukkan kepada kita bahwa persatuan sebagai anggota Gereja itu sangat penting karena itulah kehendak Bapa. Santo Stefanus rela dirajam dengan batu sampai mati demi kebenaran yang ia temukan dalam diri Yesus Kristus. Malahan ia mendoakan mereka yang merajamnya dengan batu. Santa Monika tak henti-hentinya mendoakan anaknya, Santo Agustinus, supaya bertobat dan mengenal Allah. Semua itu adalah contoh nyata yang menunjukkan kepercayaan kita yang teguh kepada Allah. Kita dipanggil untuk membangun persaudaraan di dalam hidup kita dengan berdasarkan kasih Bapa dan Putera. Kita dipanggil untuk mendoakan orang lain yang melakukan tindakan jahat atas diri kita.

            Allah Bapa tidak menghendaki agar kita tercerai-berai, melainkan bersatu denganNya. Jika kita dibenci karena melakukan kebaikan, mari kita doakan mereka yang membenci kita agar persatuan dan persaudaraan kita dengan mereka tetap terjaga. Kita berdoa kepada Allah karena Dialah yang memampukan kita untuk membangun persaudaraan dengan kasih. Mari kita memulai “usaha” ini dari diri kita sendiri, keluarga kita, masyarakat dan Negara. Mari kita memelihara pemberian Tuhan atas diri kita terlebih dahulu, tampil apa adanya. Mari kita membangun persatuan di dalam keluarga kita dengan dasar kasih Bapa. Anggota keluarga saling mengasihi satu sama lain. Dengan begitu, hidup dalam masyarakat menjadi damai pula, apa pula Negara. Semua itu dapat diwujudkan kalau kita tidak melupakan Allah. Doa menjadi sarana terpenting juga dalam hal itu. Allah menjadi sumber dari usaha kita itu. Kesatuan kita dengan Allah memungkinkan semua rencana baik itu.

Semoga demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar