KHOTHBAH
WEEK-END PASTORAL
Orang tua yang
baik ialah mereka yang tidak menghendaki agar anak-anak mereka tersesat, sakit,
malas, jahat dan seterusnya. Orang tua punya peranan penting dalam perkembangan
hidup anak di masa yang akan datang. Mereka selalu mengusahakan agar anak-anak
mereka dapat bersekolah dan kemudian menjadi anak-anak yang memiliki kehidupan
yang layak. Ada kasih sayang orang tua yang terungkap di sana lewat perhatian
kepada anak-anak. Tujuannya dari kasih sayang dan perhatian dari orang tua itu
jelas, yakni agar anak-anak mereka memperoleh hidup yang bahagia.
Santo Agustinus
adalah anak dari Santa Monika. Agustinus dikenal sebagai anak yang kafir
seperti ayahnya yang juga kafir. Ia adalah anak yang jahat dan tidak percaya
kepada Allah. Dalam keadaan yang seperti itu, Monika selalu berdoa kepada
anaknya, Agustinus. Monika menghendaki agar Agustinus menjadi anak yang baik
dan taat kepada Allah. Karena itu setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik,
Monika selalu berdoa kepada Allah agar Agustinus dapat berubah dan mengikuti
jalan hidup ibunya itu. Doa Monika terkabulkan juga dan Agustinus kemudian
berubah dan sampai saat ini Agustinus diangkat sebagai seorang Santo dalam
Gereja Katolik. Di samping itu, Monika pun diangkat menjadi Santa atas
jasa-jasanya dalam mendoakan anaknya itu.
Santa Monika
sebetulnya menghendaki agar Santo Agustinus menjadi orang yang baik di hadapan
Allah dan sesama. Hal itu menjadi nyata dalam setiap doa-doa Santa Monika. Santa
Monika tak pernah lelah dalam mendoakan anaknya itu. Hingga pada akhirnya Santo
Agustinus menjadi anak yang terpandang di dalam Gereja Katolik karena
jasa-jasanya dalam mempertahankan iman kekristenan. Itulah kasih sayang dari
seorang ibu kepada anaknya. Di samping itu, doa menjadi sarana terpenting dalam
membangun hidup yang baik. Keterlibatan Allah dalam perkembangan dan
keselamatan manusia sangat nyata. Itulah yang telah dilakukan oleh Santa
Monika. Ia mendoakan anaknya yang sangat ia kasihi. Efeknya ialah, Agustinus
bertobat dan mengenal Allah dengan baik dan benar.
Saudara-saudariku
yang terkasih, hal yang sama dibuat juga oleh Yesus kepada murid-muridNya
sebelum Ia menderita sengsara. Yesus berdoa kepada Bapa di surga agar
murid-muridNya tetap bersatu, tidak tercerai-berai, melainkan menjaga persatuan
di antara mereka. Bukan saja para muridNya yang Yesus doakan tetapi juga mereka
yang percaya kepada ajaran para murid itu di kemudian hari. Yesus menghendaki
agar dunia menjadi satu di dalam Dia, seperti Dia di dalam Bapa. Dan, persatuan
itu hanya mungkin jika Allah turut hadir di dalamnya. Itulah sebabnya Yesus
berdoa kepada Bapa, sebab Bapalah yang menciptakan segala sesuatu. Segala
sesuatu datang dari Bapa sehingga perlu ada kesatuan dan bukan perceraian atau perpecahan.
Ada satu hal
penting yang digarisbawahi oleh Tuhan Yesus dalam doaNya itu, yaitu “kasih.” Hanya
dengan kasih semua orang dapat disatukan, sama seperti Bapa mengasihi Putera
sehingga keduanya adalah satu adanya. Kesatuan Bapa dan Putera yang
dicirikhaskan dengan kasih itu dikehendaki oleh Yesus agar terlaksana di dunia
ini. Inilah yang menjadi doa Yesus kepada Bapa di surga. Ternyata, Yesus sangat
mengasihi para muridNya dan dunia, dan kerena itu Ia menghendaki agar semuanya
bersatu berkat diriNya sendiri. KehendakNya itu telah ditunjukkan dengan
penderitaanNya di salib. Peristiwa salib menjadi bukti bahwa Yesus sungguh
mengasihi umatNya. Ia mengorbankan diri agar semua orang menjadi satu di dalam
Bapa yang mengutus diriNya. Itulah sebabnya penderitaan Yesus dilihat sebagai
pengorbanan diri yang bertujuan untuk menyatukan umat manusia. Itulah juga yang
menjadi bukti bahwa Yesus sangat mengasihi dunia.
Saudara-saudariku
yang terkasih, Santo Stefanus adalah martir yang dirajam dengan batu sampai
mati. Stefanus menunjukkan kepada kita bahwa ia sungguh mengasihi Kristus dan
mendoakan mereka yang telah merajamnya dengan batu. Ia rela menderita demi
kebenaran yang ia temukan dalam diri Kristus. Ia membela iman Kristen yang
bertumpu pada Yesus Kristus itu. Itulah kasihnya kepada Kristus dan kepada kita
saat ini. Lantas, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mengasihi Kristus
yang mengasihi kita? Apakah kita telah mendoakan mereka yang berbuat salah
kepada kita? Apakah kita sudah memelihara persaudaraan di dalam kehidupan kita?
Apakah kita pernah memperjuangkan kebenaran di dalam persaudaraan itu?
Saya
mengajak Anda semua untuk membuka hati dan mata kita. Mari kita lihat kasih
yang ditunjukkan Kristus kepada kita dalam peristiwa sengsara, wafat dan
kebangkitan Kristus. Mari, kita belajar dari Kristus sendiri dan dari Santa
Monika serta Santo Stefanus. Kristus menunjukkan kepada kita bahwa persatuan
sebagai anggota Gereja itu sangat penting karena itulah kehendak Bapa. Santo
Stefanus rela dirajam dengan batu sampai mati demi kebenaran yang ia temukan
dalam diri Yesus Kristus. Malahan ia mendoakan mereka yang merajamnya dengan
batu. Santa Monika tak henti-hentinya mendoakan anaknya, Santo Agustinus,
supaya bertobat dan mengenal Allah. Semua itu adalah contoh nyata yang
menunjukkan kepercayaan kita yang teguh kepada Allah. Kita dipanggil untuk membangun
persaudaraan di dalam hidup kita dengan berdasarkan kasih Bapa dan Putera. Kita
dipanggil untuk mendoakan orang lain yang melakukan tindakan jahat atas diri
kita.
Allah
Bapa tidak menghendaki agar kita tercerai-berai, melainkan bersatu denganNya. Jika
kita dibenci karena melakukan kebaikan, mari kita doakan mereka yang membenci
kita agar persatuan dan persaudaraan kita dengan mereka tetap terjaga. Kita
berdoa kepada Allah karena Dialah yang memampukan kita untuk membangun
persaudaraan dengan kasih. Mari kita memulai “usaha” ini dari diri kita sendiri,
keluarga kita, masyarakat dan Negara. Mari kita memelihara pemberian Tuhan atas
diri kita terlebih dahulu, tampil apa adanya. Mari kita membangun persatuan di
dalam keluarga kita dengan dasar kasih Bapa. Anggota keluarga saling mengasihi
satu sama lain. Dengan begitu, hidup dalam masyarakat menjadi damai pula, apa
pula Negara. Semua itu dapat diwujudkan kalau kita tidak melupakan Allah. Doa
menjadi sarana terpenting juga dalam hal itu. Allah menjadi sumber dari usaha
kita itu. Kesatuan kita dengan Allah memungkinkan semua rencana baik itu.
Semoga demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar