Bila kita
tulus "mengasihi" orang lain, maka kebahagiaan akan datang dengan
sendirinya. Ini adalah kasih yang universal, menyeluruh dan yang merupakan
perintah Tuhan kita, Yesus Kristus. "Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri" (Mat. 22:39). Kasih menjadi dasar dalam hidup bersama.
Kata santo
Paulus, di antara iman, harap dan kasih, yang terbesar adalah kasih. Karena
hidup dan keberadaan kita sebagai manusia yang diciptakan Allah. Iman itu
menyangkut relasi kita dengan Allah, harapan menyangkut apa yang akan datang
setalah kita beriman. Kasih menyangkut hidup kita.
Mengapa
kasihlah yang terbesar? Karena kita hidup kini dan di sini, dalam jangkauan
ruang dan waktu, dan berjalan dengan orang lain. Kita tidak hidup sendiri,
melainkan tinggal dalam kebersamaan. Karena itu, seandainya kebersamaan itu
retak, maka pasti di sana tidak ada kasih yang dihidupkan.
Memang
kita beriman kepada Allah dan berharap akan keselamatan dari Allah pula, tetapi
kasih menjadi perbuatan yang paling nyata dari iman dan harapan kita kepada
Allah. Kasih menjadi wujud yang dapat dilihat, disentuh, dialami dan dihidupi.
Kalau begitu, kasih memperlihatkan iman dan harap.
Sesungguhnya
kasih itu membahagiakan kita. Kasih memberi satu warna baru bagi hati kita. Ia
mampu mengubah kesedihan, kemarahan, kegalauan, dan ketidakjelasan menjadi
kebahagiaan. Mengapa kasih? Karena kasih adalah Allah sendiri. Allahlah yang
mampu membuat kita berbahagia.
Jangan
menunda untuk mengasihi sesamamu... (engga.red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar