Belajar dari
orang lain itu amat penting bagiku. Bukan karena aku tidak punya apa-apa untuk
mengembangkan diriku sendiri, melainkan mencari dan menemukan kabaikan yang
ditanamkan Tuhan dalam diri orang lain. Aku sadar bahwa aku belum “lengkap” dan
belum sempurna, karena itu aku ingin melengkapi diriku dengan kebaikan yang
diberikan Tuhan kepada orang lain juga.
Bunda Maria
adalah wanita yang dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan PuteraNya. Ia
melahirkan Putera Allah bagi dunia. Ia menjadi ‘tempat’ bagi kediaman Allah
layaknya tabut perjanjian yang tersimpan di dalam kemah suci. Allah menyertainya
sejak di dalam kandungan St. Ana hingga diangkat ke surga. Maria itulah bunda
tersuci yang menjadi teladan unggul bagiku.
Kasih dan
kesetiaan Bunda Maria melebihi semua manusia yang pernah hidup di bumi ini. Ia tetap
perawan dan tak tersentuh oleh dosa dan kesalahan. Maut takkan menguasainya,
dan kemuliaan Allah menyinarinya. Ia mencintai Allah dengan tulus dan
meremukkan kepala ular yang bengis. Dialah Hawa yang baru, yang tunduk kepada
Allah dan menjadi contoh bagi sekalian orang.
Iman Bunda
Maria kepada Allah tak dapat diragukan lagi. Keteguhan dan kerendahan hatinya
di hadapan Allah patut dipuji. Ia pantas menjadi teladan bagiku. Ia memberiku
inspirasi dan cara terindah tentang bagaimana mencintai Allah. Mencintai Allah
itu harus dengan sepenuh hati dan seluruh raga. Mencintai Allah tidak bisa
setengah-setengah, melainkan harus “full” dan tanpa henti.
Allah memberi
satu gambaran hidup yang sempurna dalam diri Bunda Maria. Kesempurnaan itu
tercermin dari kehadiran Sang Putera dalam Rahim Bunda Maria. Ia mendengarkan
Sabda Allah, menyimpannya dalam hati dan melahirkan Sabda itu. Sabda menjelma
manusia melalui Perawan Maria. Semoga aku dapat menimba cara mencintai Allah
yang diperlihatkan oleh Bunda Maria. – kbp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar