30 April 2013

REFLEKSI HIDUP DI PENGHUJUNG APRIL 2013



Bagi sebagian orang, bunuh diri itu merupakan sebuah langkah yang baik jika hidup tidak lagi memberi harapan. Bagi sebagian orang pula, hidup kita akan berakhir pada kematian, jadi tidak ada gunanya membangun hidup menjadi hidup. Karenanya, hidup hanya untuk mati, di luar dari itu tidak ada faedahnya. Tapi bagaimana hidup itu menjadi hidup pada dirinya? Sering orang lupa, bahkan tidak pernah tahu tentang pertanyaan itu. Dengan kata lain, menjawab pertanyaan bagaimana hidup itu disebut hidup dan ada di dunia ini, tidak mampu dijawab oleh manusia.

Orang-orang boleh berkata-kata tentang hidup yang ada di dalam dirinya, tetapi kita harus punya jawaban sendiri untuk menjawab keberadaan hidup itu. Jawabanku ialah hidup itu pemberian terindah dari Tuhan. Itulah anugerah yang pernah diperoleh manusia dari Yang Ilahi. Dasar dari hidup itu sendiri adalah Cinta, karena yang memberinya adalah Allah. Allah adalah Cinta, Kasih yang tak terbatas. Ia menciptakan manusia dan memberi hidup ke dalam manusia. Demikianlah manusia menjadi pewarta dan sarana tunggal yang digunakan Tuhan untuk merawat dunia ini.

Kalau Tuhan yang memberi hidup kepada manusia, berarti Ia punya rencana terindah yang sudah dipikirkanNya untuk manusia. Ie mamberi hidup berarti Ia merahmati manusia untuk bahagia dan selamat di hadiratNya. Keberadaan manusia telah diukirkan dalam tangan kasihNya yang mahakuasa. Di sini, tidak ada istilah “kebetulan” dalam hidup manusia, sebab manusia sendiri sudah punya sumber dan tujuan hidup yang jelas. Sumbernya ialah Tuhan, dan tujuannya ialah Tuhan. Awal dan akhir hidup manusia adalah Tuhan. Prosesnya dijalankan oleh manusia itu sendiri.

Lantas, bagaimana sikapku dalam menanggapi pemberian Tuhan itu? Yang bisa kulakukan sebagai manusia ialah bersyukur dan bersyukur serta bersyukur. Aku bersyukur karena diberi hidup yang gratis. Aku bersyukur karena dirahmati. Aku bersyukur karena diberi kesempatan untuk menjawab panggilan Tuhan. Demikianlah, hidup menjadi bermakna karena tidak disiasiakan begitu saja. Malahan, ada usaha yang nyata yang perlu dilakukan untuk memperkaya diri dan makhluk lain yang juga diciptakan Tuhan. Atas semua ini, aku naikan pujian kepada Allah di surga yang penuh Cinta itu.

Hidup itu tidak sekedar menunggu kematianku tiba, melainkan mempertahankan Cinta Tuhan yang tertanam diriku sejak kecil. Aku sendiri tak bisa menyangkal keberadaan dan keberlangsungan Cinta Tuhan dalam diri ini. Kalau aku menyangkal berarti aku sendiri tidak mengenal Tuhan dengan baik. Karenanya, aku ingin terus berubah dan berubah. Merubah mentalitas jahat menjadi mentalitas baik. Merubah mentalitas salah menjadi mentalitas benar. Kejahatan dan kesalahan perlu dihindari, tapi kebaikan dan kebenaran perlu ditinggikan. Sebab, Allah adalah baik dan benar.

Kata Uskupku, Petrus Canisius Mandagi, MSC, “Berubah itu sulit, tapi tidak berubah itu fatal.” Pepatah ini terus kusimpan di dalam lubuk hatiku yang dalam sembari menjadi tongkat dan pegangan hidupku sendiri. Tuhan sudah memberi hidup bagiku, maka aku ingin mempertanggungjawabkan hidup ini kepada Tuhan pula. Yesus berkata, “Roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Roh itu kuat, tetapi daging ini tak sekuat Roh itu. Kejahatan dan kesalahanku hanya dapat dirubah kalau aku kuat dalam komitmen dan terus berada di dalam panggilan Tuhan yang mulia itu.

Aku menyadari bahwa aku tidak diciptakan seorang diri, melainkan bersama dengan sesamaku. Sesamaku adalah bagian penting dari hidupku sendiri. Meski mereka tak kukenal dengan baik, namun mereka tetap sesamaku. Aku tak dapat menyangkal itu. Karena itu, kuberterima kasih kepada Allah karena Ia tidak melimpahkan kesendirian bagiku, melainkan Ia memberi kolegialitas, kebersamaan, komunitas dan kesalingtergantungan yang menghidupkan. Sesama adalah alasan bagiku untuk bersyukur kepada Allah. Ia memberi mereka kepadaku secara gratis.

Ada sesama yang dekat denganku, namun ada pula yang jauh dariku dan bahkan aku tak mengenal mereka. Namun, semua kuanggap anugerah terindah bagiku untuk menjalani hidup ini. Dari mereka aku belajar untuk mengukir dan merancang hidup ini menjadi indah di hadapan Tuhan. Mereka ialah papa, mama, kakak, adik, om, tanta, opa, oma, dan lain-lain. Mereka semua kuanggap anugerah terindah yang Tuhan pernah berikan kepadaku. Mereka itulah bukti Cinta Tuhan kepadaku. Aku tak bisa melupakan mereka. Mereka selalu kuingat dalam sejarah hidupku.

Kunci dari semuanya adalah menghargai hidup yang telah diberikan Tuhan kepadaku. Hidup yang diberikan Tuhan itu bukan suatu kesendirian, melainkan kebersamaan yang dilahirkan karena CintaNya. Tuhan itu pengasih dan penyayang unggul. Kasih dan sayang Tuhan itulah yang memampukanku untuk terus bergerak dan membuka jalan kehidupan ini. Aku menghargai hidup ini, dan aku ingin mengisi hidup ini dengan membalas Cinta dan kebaikan Tuhan kepadaku. Aku ingin menorehkan sejarah hidupku dengan mencintai Tuhan dalam diri sesamaku.

Menghargai hidup berarti mengesampingkan ancaman-ancaman terhadap hidup. Menghargai hidup berarti mencintai Tuhan yang memberi hidup itu. Menghargai hidup berarti meneladani cara hidup orang benar di hadapan Tuhan. Di sana ada Kristus, Putera Allah. Ada Bunda Maria. Ada orang Kudus. Dan ada banyak lagi yang tidak sempat kusebutkan satu per satu. Mereka semua adalah wajah-wajah Tuhan yang hidup di dunia ini. Sudah pasti, mereka telah kembali kepada Tuhan dan diperkenankan untuk memandang kemuliaan Tuhan di dalam surga baka.

Yesus Kristus itu Tuhanku. Maria itu bundaku. Orang Kudus itu cerminku. Semuanya adalah teladan terindah bagiku. 23 tahun aku mengenal mereka. Mereka menjadi orang-orang nomor satu dalam hidupku. Aku banyak belajar dari mereka, meski sekarang aku sendiri belum sesempurna mereka. Tapi aku selalu yakin bahwa Tuhan masih memberiku kesempatan untuk terus berkembang melalui mereka itu. Tidak ada alasan bagiku untuk mengabaikan mereka. Malahan, tanpa mereka, hidupku menjadi kabur, tak jelas dan entahlah… Meraka ada di dalam hatiku selalu.

Terima kasih Tuhan atas CintaMu kepadaku. Aku ini lemah, namun aku masih dan akan tetap berharap padaMu. TanpaMu, hidupku tak ada artinya. Aku akan terus berjuang bersamaMu untuk kelangsungan hidup yang lebih baik lagi. Sertailah aku dalam setiap pergumulan hidupku. Jagalah aku selalu. Dekaplah aku dengan naungan sayapMu. Izinkanlah aku untuk terus membangun jembatan panjang yang dapat menghubungkan hidupku dan hidup orang lain denganMu. Semoga hidupku senantiasa Kauberkati, Kaurahmati supaya aku boleh bermegah di dalam Engkau. – kbp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar