Bagi sebagian
orang, bunuh diri itu merupakan sebuah langkah yang baik jika hidup tidak lagi
memberi harapan. Bagi sebagian orang pula, hidup kita akan berakhir pada
kematian, jadi tidak ada gunanya membangun hidup menjadi hidup. Karenanya,
hidup hanya untuk mati, di luar dari itu tidak ada faedahnya. Tapi bagaimana
hidup itu menjadi hidup pada dirinya? Sering orang lupa, bahkan tidak pernah
tahu tentang pertanyaan itu. Dengan kata lain, menjawab pertanyaan bagaimana
hidup itu disebut hidup dan ada di dunia ini, tidak mampu dijawab oleh manusia.
Orang-orang
boleh berkata-kata tentang hidup yang ada di dalam dirinya, tetapi kita harus
punya jawaban sendiri untuk menjawab keberadaan hidup itu. Jawabanku ialah
hidup itu pemberian terindah dari Tuhan. Itulah anugerah yang pernah diperoleh
manusia dari Yang Ilahi. Dasar dari hidup itu sendiri adalah Cinta, karena yang
memberinya adalah Allah. Allah adalah Cinta, Kasih yang tak terbatas. Ia menciptakan
manusia dan memberi hidup ke dalam manusia. Demikianlah manusia menjadi pewarta
dan sarana tunggal yang digunakan Tuhan untuk merawat dunia ini.
Kalau Tuhan
yang memberi hidup kepada manusia, berarti Ia punya rencana terindah yang sudah
dipikirkanNya untuk manusia. Ie mamberi hidup berarti Ia merahmati manusia
untuk bahagia dan selamat di hadiratNya. Keberadaan manusia telah diukirkan
dalam tangan kasihNya yang mahakuasa. Di sini, tidak ada istilah “kebetulan”
dalam hidup manusia, sebab manusia sendiri sudah punya sumber dan tujuan hidup
yang jelas. Sumbernya ialah Tuhan, dan tujuannya ialah Tuhan. Awal dan akhir
hidup manusia adalah Tuhan. Prosesnya dijalankan oleh manusia itu sendiri.
Lantas,
bagaimana sikapku dalam menanggapi pemberian Tuhan itu? Yang bisa kulakukan
sebagai manusia ialah bersyukur dan bersyukur serta bersyukur. Aku bersyukur
karena diberi hidup yang gratis. Aku bersyukur karena dirahmati. Aku bersyukur
karena diberi kesempatan untuk menjawab panggilan Tuhan. Demikianlah, hidup
menjadi bermakna karena tidak disiasiakan begitu saja. Malahan, ada usaha yang
nyata yang perlu dilakukan untuk memperkaya diri dan makhluk lain yang juga
diciptakan Tuhan. Atas semua ini, aku naikan pujian kepada Allah di surga yang
penuh Cinta itu.
Hidup itu tidak
sekedar menunggu kematianku tiba, melainkan mempertahankan Cinta Tuhan yang
tertanam diriku sejak kecil. Aku sendiri tak bisa menyangkal keberadaan dan
keberlangsungan Cinta Tuhan dalam diri ini. Kalau aku menyangkal berarti aku
sendiri tidak mengenal Tuhan dengan baik. Karenanya, aku ingin terus berubah
dan berubah. Merubah mentalitas jahat menjadi mentalitas baik. Merubah mentalitas
salah menjadi mentalitas benar. Kejahatan dan kesalahan perlu dihindari, tapi
kebaikan dan kebenaran perlu ditinggikan. Sebab, Allah adalah baik dan benar.
Kata Uskupku,
Petrus Canisius Mandagi, MSC, “Berubah itu sulit, tapi tidak berubah itu fatal.”
Pepatah ini terus kusimpan di dalam lubuk hatiku yang dalam sembari menjadi
tongkat dan pegangan hidupku sendiri. Tuhan sudah memberi hidup bagiku, maka
aku ingin mempertanggungjawabkan hidup ini kepada Tuhan pula. Yesus berkata, “Roh
memang penurut, tetapi daging lemah.” Roh itu kuat, tetapi daging ini tak
sekuat Roh itu. Kejahatan dan kesalahanku hanya dapat dirubah kalau aku kuat
dalam komitmen dan terus berada di dalam panggilan Tuhan yang mulia itu.
Aku menyadari
bahwa aku tidak diciptakan seorang diri, melainkan bersama dengan sesamaku. Sesamaku
adalah bagian penting dari hidupku sendiri. Meski mereka tak kukenal dengan
baik, namun mereka tetap sesamaku. Aku tak dapat menyangkal itu. Karena itu,
kuberterima kasih kepada Allah karena Ia tidak melimpahkan kesendirian bagiku,
melainkan Ia memberi kolegialitas, kebersamaan, komunitas dan
kesalingtergantungan yang menghidupkan. Sesama adalah alasan bagiku untuk
bersyukur kepada Allah. Ia memberi mereka kepadaku secara gratis.
Ada sesama yang
dekat denganku, namun ada pula yang jauh dariku dan bahkan aku tak mengenal
mereka. Namun, semua kuanggap anugerah terindah bagiku untuk menjalani hidup
ini. Dari mereka aku belajar untuk mengukir dan merancang hidup ini menjadi
indah di hadapan Tuhan. Mereka ialah papa, mama, kakak, adik, om, tanta, opa,
oma, dan lain-lain. Mereka semua kuanggap anugerah terindah yang Tuhan pernah berikan
kepadaku. Mereka itulah bukti Cinta Tuhan kepadaku. Aku tak bisa melupakan
mereka. Mereka selalu kuingat dalam sejarah hidupku.
Kunci dari
semuanya adalah menghargai hidup yang telah diberikan Tuhan kepadaku. Hidup yang
diberikan Tuhan itu bukan suatu kesendirian, melainkan kebersamaan yang
dilahirkan karena CintaNya. Tuhan itu pengasih dan penyayang unggul. Kasih dan
sayang Tuhan itulah yang memampukanku untuk terus bergerak dan membuka jalan
kehidupan ini. Aku menghargai hidup ini, dan aku ingin mengisi hidup ini dengan
membalas Cinta dan kebaikan Tuhan kepadaku. Aku ingin menorehkan sejarah
hidupku dengan mencintai Tuhan dalam diri sesamaku.
Menghargai hidup
berarti mengesampingkan ancaman-ancaman terhadap hidup. Menghargai hidup
berarti mencintai Tuhan yang memberi hidup itu. Menghargai hidup berarti
meneladani cara hidup orang benar di hadapan Tuhan. Di sana ada Kristus, Putera
Allah. Ada Bunda Maria. Ada orang Kudus. Dan ada banyak lagi yang tidak sempat
kusebutkan satu per satu. Mereka semua adalah wajah-wajah Tuhan yang hidup di
dunia ini. Sudah pasti, mereka telah kembali kepada Tuhan dan diperkenankan
untuk memandang kemuliaan Tuhan di dalam surga baka.
Yesus Kristus
itu Tuhanku. Maria itu bundaku. Orang Kudus itu cerminku. Semuanya adalah
teladan terindah bagiku. 23 tahun aku mengenal mereka. Mereka menjadi
orang-orang nomor satu dalam hidupku. Aku banyak belajar dari mereka, meski
sekarang aku sendiri belum sesempurna mereka. Tapi aku selalu yakin bahwa Tuhan
masih memberiku kesempatan untuk terus berkembang melalui mereka itu. Tidak ada
alasan bagiku untuk mengabaikan mereka. Malahan, tanpa mereka, hidupku menjadi
kabur, tak jelas dan entahlah… Meraka ada di dalam hatiku selalu.
Terima kasih
Tuhan atas CintaMu kepadaku. Aku ini lemah, namun aku masih dan akan tetap berharap
padaMu. TanpaMu, hidupku tak ada artinya. Aku akan terus berjuang bersamaMu
untuk kelangsungan hidup yang lebih baik lagi. Sertailah aku dalam setiap
pergumulan hidupku. Jagalah aku selalu. Dekaplah aku dengan naungan sayapMu. Izinkanlah
aku untuk terus membangun jembatan panjang yang dapat menghubungkan hidupku dan
hidup orang lain denganMu. Semoga hidupku senantiasa Kauberkati, Kaurahmati
supaya aku boleh bermegah di dalam Engkau. – kbp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar