23 April 2013

"SEPERTI SEHARUSNYA" SAJA YA ...



Semalam aku menemukan sebuah komentar yang menyenangkan hati. Kesenangan itu berumula dari rawut wajah ini. Di mana, bibir tersenyum dan hati terasa damai. Itulah pentingnya satu senyuman. Penuh dengan ketulusan dan terpancar dari hati.

Malam ini pun kejadian itu terulang. Senyum lagi dan senyum lagi. Entah kenapa, tapi memang sudah begitu adanya. Seperti "seharusnya," kata Peterpan (Band Favoritku dulu. Sekarang NOAH, Band Favoritku juga).

Senyum itu seharusnya bermula dari hati yang damai dan penuh keceriaan. Kadang orang tersenyum, tapi belum tentu senyum itu berasal dari hati yang damai. Bukan menuduh, tapi keterpaksaan sering muncul karena situasi yang meresahkan.

Jangan tersenyum karena terpaksa. Tapi tersenyumlah sesuai dengan kedamaian yang tercipta di dalam hati. Kita tidak diminta untuk berbohong, namun untuk bersikap jujur terhadap diri kita sendiri, maupun orang lain yang membuat kita tersenyum.

Senyum itu melambangkan ketulusan hati. Makanya, tidak harus kita mendustai orang lain dengan apa yang terpancar pada wajah kita itu. Kalau ya, katakan ya. Kalau tidak, katakan tidak. Begitulah seharusnya. Pancarkanlah apa yang ada di dalam hatimu.

Dari senyum, kita belajar untuk turut merasakan kebahagiaan orang lain. Itu berarti, ada penerimaan terhadap mereka yang berbahagia di dalam hati kita. Di samping itu, kita sendiri menjadi orang yang jujur untuk berekspresi. -kbp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar