Dalam setiap pergumulan hidup, manusia dihadapankan pada pilihan yang
sulit. Bisa jadi, jalan keluarnya sulit atau bahkan tidak ada sama sekali. Kata
banyak orang, untuk setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya. Itu benar, tapi
barangkali hanya merupakan sebuah motivasi atau peneguhan bagi yang sedang
dalam pergumulan itu. Sang pemazmur juga mengatakan bahwa untuk segala sesuatu
ada waktunya. Dalam konteks ini, hari ini manusia bergumul, besok pasti ia sudah
punya jalan keluarnya.
Apa yang menjadi sumbangan bagi para penggumul itu tak bisa ditolak,
tapi itu hanya sebatas dukungan. Yang dibutuhkan adalah cara atau proses untuk
keluar dari pergumulan itu. Tidak salahlah manusia berkeyakinan bahwa segala
sesuatu ada waktunya, tapi hidup manusia itu senantiasa berada di dalam proses,
dinamis dan bukan statis. Karena kedinamisan itu, maka alangkah lebih indah
jika sumbangan yang diberikan bagi orang yang sedang bergumul ialah jalan
keluar.
Jelas, itu jauh lebih indah dan lebih dalam dari sekedar dukungan atau
motivasi. Ini sangat mungkin karena manusia itu selalu hidup dalam relasi. Manusia
bukan berelasi untuk dirinya sendiri tetapi dengan orang lain, pribadi yang
berada di luar dirinya. Di sini, hukum saling menolong berlaku untuk semua
orang, bukan satu orang saja. Karena itu tidak ada salahnya jika kejujuran
diciptakan atau diadakan demi kebaikan bersama. Kejujuran itu penting dalam
sebuah relasi.
Banyak orang begumul dengan hidupnya sendiri atau dengan orang lain
karena masalah kejujuran. Bisa jadi ia tidak jujur dengan dirinya sendiri atau
ia tidak jujur dengan dan terhadap orang lain. Ini sebetulnya adalah satu
musibah besar dalam hidup bersama. Artinya, jika ketidakjujuran itu dihidupi
dalam relasi, maka konsekuensinya ialah putusnya relasi dan pergumulan dimulai.
Kehilangan sahabat, orang terdekat, saudara, dan seterusnya adalah konsekuensi
praksis dari praktek hidup yang tidak benar itu.
Konsekuensi praksis ini adalah sebuah cara, jalan, proses dalam satu
relasi. Mungkin benar bahwa setiap pergumulan memiliki jalan keluarnya, tapi
nyatanya apa? Itulah kejujuran. Memang benar bahwa segala sesuatu ada waktunya,
tapi ada waktunya itu dibentuk oleh apa? Sekali lagi, kejujuran. Mari melihat
kejujuran sebagai sebuah proses untuk mencapai kesejahteraan bersama. Di sana
tidak ada akan ada perselisihan atau pertentang yang digadang-gadang sebagai
pergumulan itu.
Kejujuran itu tinggi nilainya, dalam maknanya dan besar manfaatnya. Siapa
yang jujur terhadap dirinya sendiri akan menemukan kebahagiaan bagi dirinya. Siapa
menanamkan bibit kejujuran dan memeliharanya dalam relasinya dengan orang lain akan
memperoleh kebahagiaan pula dalam kebersamaan itu. Tidak sedikit dari manusia
yang mengalami krisis dan mati rasa kejujuran. Intinya: kejujuran itu memperlihatkan kualitas hidup
seseorang.
@kaki bantik pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar