Mas Joko bilang, hidup itu
ibarat tembok raksasa Cina. Kelihatan besar dan melelahkan jika ditempuh dengan
kaki. Mas Tatang bilang, hidup itu ibarat sepeda kumbang. Namanya kumbang tapi
tak dapat terbang sendiri melainkan harus dikayuh. Lain lagi dengan mas Baroto.
Dia bilang hidup itu ibarat bunga yang mekar di tepi jalan. Meski di tepi jalan
tapi memiliki kualitas keindahan yang memanjakan mata. Entahlah, setiap “mas”
memiliki pandangan sendiri mengenai hidup yang mereka miliki saat ini.
Pandangan mengenai hidup itu
boleh berbeda atau berlainan namun hidup itu tetap hidup sebagaimana adanya.
Yang satu mengatakan bahwa ada peziarahan yang panjang di dalam hidup. Yang
satu lagi mengatakan bahwa harus ada usaha di dalam hidup. Yang lain lagi
mengatakan bahwa hidup harus didasarkan atas nilai yang terberi. Tembok raksasa
Cina, kumbang dan bunga adalah fakta yang berbeda yang ditemukan ketiga orang
itu. Namun, tiga hal yang berbeda itu ada dalam hidup yang sama.
Pastilah di antara mereka
ada yang memiliki pesimisme dalam hidup itu. Ada yang datar saja dan ada pula
yang optimis. Ini adalah perbedaan cara pandang tentang hidup yang dihidupi,
tapi harus ada kesamaan, keselarasan dan kekompakan dalam hidup itu juga.
Tembok raksasa Cina memang panjang dan kelihatan melelahkan, tetapi ada sepeda
kumbang yang bisa dipakai untuk menempuh itu meski harus dengan perjuangan.
Sambil bersepeda, orang boleh memetik bunga yang ada di tepi tembok itu.
Kelihatan berbeda dan agak
sulit untuk menjalani hidup ini tapi akan terasa gampang kalau hidup itu
dipandang dari berbagai aspek. Di satu sisi, hidup itu merupakan ziarah yang
panjang, tapi di sisi lain hidup itu sendiri perlu perjuangan. Masih ada satu
sisi lagi yang hendaknya diambil yakni mewarnai perjuangan yang panjang itu
dengan menanamkan itikad baik, yang enak dipandang mata. Kalau begitu, hidup
itu lebih hidup lagi karena memiliki banyak makna yang positif.
Akhirnya, mas Joko, mas
Tatang, dan mas Baroto duduk bersama dan membahas persoalan yang mereka geluti
itu. Mereka bersedia menggabungkan pandangan-pandangan itu dan menarik satu
kesimpulan yang sungguh membangun mental dan gaya berpikir mereka. Dan
ternyata, ada kemungkinan besar di mana tembok raksasa Cina perlu ditaklukkan
dengan sepeda kumbang itu sambil memetik
setiap bunga yang tertambat di tepi jalan. Ini perpaduan yang begitu
menyenangkan dan punya maknanya sendiri.
Kita memang tidak bisa
menghindar dari peziarahan hidup yang panjang ini, tapi kita masih memiliki
semangat perjuangan yang gigih. Di dalam perjuangan itu, perlu ada penaburan
bibit-bibit bunga yang menghasilkan keindahan di dalam hidup. Jadi, kita
dihadapkan pada perjalanan hidup yang panjang, namun dibekali dengan daya
juang. Dari perjuangan itu, kita pun akan menghasilkan bunga-bunga indah berupa
berkat yang diberikan Tuhan kepada kita. Jangan takut untuk hidup!!!
@kaki bantik pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar