(ini ceritaku di hari Kasih Sayang ini)
Baiklah
kita kembali merenungkan perjalanan hidup masing-masing. Setelah merenung,
temukanlah siapa yang memegang peranan penting bagi hidup itu. Sejak lahir
hingga hari ini, dan sampai seterusnya. Temukan pula apa yang menjadi dasar dan
tujuan dari perjalanan hidup itu. Setelah itu, ukirlah dirimu seindah mungkin
dan persiapkanlah masa depan dengan sebaik-baiknya. Tentu saja, kita harus bersyukur
dan berterima kasih setelah memperoleh sesuatu.
Hari
ini adalah hari “kasih sayang” bagi sebagian orang di belahan dunia ini. Kasih sayang
yang bagaimana yang perlu dihidupkan secara khusus pada hari ini? Sudah pasti,
saya dan Anda punya jawaban yang berbeda. Dia juga akan mengatakan hal yang
berbeda, apa pula mereka. Kalau begitu, kita semua punya bahasa, ungkapan dan
lantunan yang berbeda tentang hari yang istimewa ini. Cara pandang terhadap kasih
sayang ternyata berbeda-beda.
Akan
tetapi, perkenankanlah saya untuk membagikan permenungan saya tentang hari
Kasih Sayang kali ini. Valintne’s Day punya sejarahnya sendiri. Tapi saya tidak
berhak atas sejarahnya itu. Saya hanya tahu bahwa itu adalah hari Kasih Sayang.
Entah kasih sayang kepada “pacar,” orang tua, sahabat dekat, atau siapa saja
yang kita jumpai saat ini. Hari inilah hari yang khusus untuk mengungkapkan
kasih sayang itu kepada orang-orang terdekat kita.
Valentine’s
Day memang punya sejarah, tapi itu bukanlah sumber pertama yang “menyodorkan”
kasih sayang kepada setiap orang maka populer sampai saat ini. Justru sejarah
itu menjadi sarana bagi siapa saja untuk merayakan hari Kasih Sayang ini. Sedangkan
sumbernya adalah Dia yang telah datang ke dunia untuk “mencintai” manusia. Dia
itulah Yesus sang Juruselamat abadi. Ia berkenan kepada umat-Nya.
Tentu
saja, pemahaman singkat di atas sangat berbeda dengan apa yang dihidupi saat
ini. Namun demikian, itu hanya berbeda secara nalar dan daya pikir manusia
semata. Tindakannya tetap sama, yakni mencintai yang lain, sayang kepada yang
lain. Yesus mengajarkan hukum kasih kepada setiap orang yang mau membuka
telinganya untuk mendengar. Itulah tugas perutusan-Nya ke dunia, yakni
memberitakan kabar baik dan tahun rahmat Tuhan.
Apa
yang kita lakukan saat ini, yakni mencintai sahabat, pacar, orang tua, dan
seterusnya itu, adalah ungkapan dan praktek nyata dari ajaran Yesus itu. Bahwa kita
memang harus saling mencintai, saling menyayangi, dan saling melayani satu sama
lain. Cinta-Nya kepada manusia utuh, tidak setengah-setengah. Ia memberi kepada
manusia, diri-Nya. Itulah cinta-Nya kepada manusia. Ia mengasihi, mengasihi
sampai mati di salib. Ia menjadi korban tebusan bagi manusia.
Cinta
Yesus itu sebetulnya telah terungkap di dalam keluarga kita masing-masing. Kasih
sayang kedua orang tua kepada anak-anak mereka adalah cara Allah mencintai dan
menyayangi manusia. Ia membesarkan manusia, dan menaruh hati dan budi serta
potensi kepada manusia untuk bisa mencintai yang lain. Oh Allah, Engkau luar
biasa dan sungguh baik. Kalau begitu, ia menyertai umat-Nya secara langsung,
tepat dan dengan cara manusia. Ia menjadi manusia dengan cinta.
“Saya
tidak punya pacar, tetapi saya pernah punya pacar.” Wujud konkrit dari cinta di
atas bisa terungkap melalui pengalaman itu, meski kadang berbau eros. Akan tetapi,
inilah yang menjadi cikal bakal bagi mereka yang mau membangun bahtera rumah
tangga. Allah membentuk mereka menjadi pribadi yang mampu untuk manyatakan
cinta dan bersatu. Buah dari cinta Allah yang tertanam dalam diri mereka adalah
kelahiran anak. Syukur kepada Allah.
Membangun
relasi dengan orang lain itu juga satu kebutuhan manusia. Saya dan Anda adalah
sahabat, maka kutuliskan hal ini untukmu. Maksudnya ialah supaya kamu
memperoleh sesuatu dariku. Barangkali, inilah Kasih Sayangku untukmu yang
sedang membaca. Tapi, persahabatan kita bukan hanya sebatas ini, mungkin di
lain hal juga. Kita saling menyapa dan saling hormat, itulah sayang yang kita
hidupi. Kita saling mengenal dan saling mendoakan, menolong dan sebagainya. Oh Allah,
cintaMu nyata.
Akhirnya,
kasih sayang Allah juga terungkap lewat relasi kita dengan orang miskin dan
bersengsara. Kita punya pilihan untuk memberi kepada mereka yang sedang dalam
kekurangan. Namun, semoga pilihan itu menjadi satu “kewajiban” bagi kita untuk
terus memberi dan memberi. Kita memberi, karena Allah telah lebih dahulu
memberi kepada kita, bahkan Ia memberi diri-Nya sekaligus. Andai saja kita
punya pikiran seperti ini: “Mereka tidak punya, karena kepunyaan mereka ada
pada kita” maka kita akan memberi dengan senang hati. Sebab apa yang kita beri
adalah kepunyaan mereka. Dengan memberi, kita telah menyayangi mereka.
Demikianlah
Kasih Sayang itu tidak terbatas pada hal-hal tertentu saja, tetapi sangat luas
dan dalam. Kasih sayang itu berasal dari Allah dan akan berkhir pula pada
Allah, itulah keselamatan kita. Hari ini kita saling menyayangi dan itu
dirayakan secara khusus, tetapi jangan lupa bahwa besok kita pun harus saling
menyayangi. Allah mencintai kita, tidak hanya kemarin, hari ini, tetapi sampai
selama-lamanya. Kalau begitu, kita harus saling mencintai satu sama lain.
SELAMAT
“SALING MENCINTAI” - 14 Februari 2013
Lembah
Bantik Pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar