13 Februari 2013

TUHANLAH SUMBER “VALENTINE” ITU

(ini ceritaku di hari Kasih Sayang ini)

Baiklah kita kembali merenungkan perjalanan hidup masing-masing. Setelah merenung, temukanlah siapa yang memegang peranan penting bagi hidup itu. Sejak lahir hingga hari ini, dan sampai seterusnya. Temukan pula apa yang menjadi dasar dan tujuan dari perjalanan hidup itu. Setelah itu, ukirlah dirimu seindah mungkin dan persiapkanlah masa depan dengan sebaik-baiknya. Tentu saja, kita harus bersyukur dan berterima kasih setelah memperoleh sesuatu.

Hari ini adalah hari “kasih sayang” bagi sebagian orang di belahan dunia ini. Kasih sayang yang bagaimana yang perlu dihidupkan secara khusus pada hari ini? Sudah pasti, saya dan Anda punya jawaban yang berbeda. Dia juga akan mengatakan hal yang berbeda, apa pula mereka. Kalau begitu, kita semua punya bahasa, ungkapan dan lantunan yang berbeda tentang hari yang istimewa ini. Cara pandang terhadap kasih sayang ternyata berbeda-beda.

Akan tetapi, perkenankanlah saya untuk membagikan permenungan saya tentang hari Kasih Sayang kali ini. Valintne’s Day punya sejarahnya sendiri. Tapi saya tidak berhak atas sejarahnya itu. Saya hanya tahu bahwa itu adalah hari Kasih Sayang. Entah kasih sayang kepada “pacar,” orang tua, sahabat dekat, atau siapa saja yang kita jumpai saat ini. Hari inilah hari yang khusus untuk mengungkapkan kasih sayang itu kepada orang-orang terdekat kita.

Valentine’s Day memang punya sejarah, tapi itu bukanlah sumber pertama yang “menyodorkan” kasih sayang kepada setiap orang maka populer sampai saat ini. Justru sejarah itu menjadi sarana bagi siapa saja untuk merayakan hari Kasih Sayang ini. Sedangkan sumbernya adalah Dia yang telah datang ke dunia untuk “mencintai” manusia. Dia itulah Yesus sang Juruselamat abadi. Ia berkenan kepada umat-Nya.

Tentu saja, pemahaman singkat di atas sangat berbeda dengan apa yang dihidupi saat ini. Namun demikian, itu hanya berbeda secara nalar dan daya pikir manusia semata. Tindakannya tetap sama, yakni mencintai yang lain, sayang kepada yang lain. Yesus mengajarkan hukum kasih kepada setiap orang yang mau membuka telinganya untuk mendengar. Itulah tugas perutusan-Nya ke dunia, yakni memberitakan kabar baik dan tahun rahmat Tuhan.

Apa yang kita lakukan saat ini, yakni mencintai sahabat, pacar, orang tua, dan seterusnya itu, adalah ungkapan dan praktek nyata dari ajaran Yesus itu. Bahwa kita memang harus saling mencintai, saling menyayangi, dan saling melayani satu sama lain. Cinta-Nya kepada manusia utuh, tidak setengah-setengah. Ia memberi kepada manusia, diri-Nya. Itulah cinta-Nya kepada manusia. Ia mengasihi, mengasihi sampai mati di salib. Ia menjadi korban tebusan bagi manusia.

Cinta Yesus itu sebetulnya telah terungkap di dalam keluarga kita masing-masing. Kasih sayang kedua orang tua kepada anak-anak mereka adalah cara Allah mencintai dan menyayangi manusia. Ia membesarkan manusia, dan menaruh hati dan budi serta potensi kepada manusia untuk bisa mencintai yang lain. Oh Allah, Engkau luar biasa dan sungguh baik. Kalau begitu, ia menyertai umat-Nya secara langsung, tepat dan dengan cara manusia. Ia menjadi manusia dengan cinta.

“Saya tidak punya pacar, tetapi saya pernah punya pacar.” Wujud konkrit dari cinta di atas bisa terungkap melalui pengalaman itu, meski kadang berbau eros. Akan tetapi, inilah yang menjadi cikal bakal bagi mereka yang mau membangun bahtera rumah tangga. Allah membentuk mereka menjadi pribadi yang mampu untuk manyatakan cinta dan bersatu. Buah dari cinta Allah yang tertanam dalam diri mereka adalah kelahiran anak. Syukur kepada Allah.

Membangun relasi dengan orang lain itu juga satu kebutuhan manusia. Saya dan Anda adalah sahabat, maka kutuliskan hal ini untukmu. Maksudnya ialah supaya kamu memperoleh sesuatu dariku. Barangkali, inilah Kasih Sayangku untukmu yang sedang membaca. Tapi, persahabatan kita bukan hanya sebatas ini, mungkin di lain hal juga. Kita saling menyapa dan saling hormat, itulah sayang yang kita hidupi. Kita saling mengenal dan saling mendoakan, menolong dan sebagainya. Oh Allah, cintaMu nyata.

Akhirnya, kasih sayang Allah juga terungkap lewat relasi kita dengan orang miskin dan bersengsara. Kita punya pilihan untuk memberi kepada mereka yang sedang dalam kekurangan. Namun, semoga pilihan itu menjadi satu “kewajiban” bagi kita untuk terus memberi dan memberi. Kita memberi, karena Allah telah lebih dahulu memberi kepada kita, bahkan Ia memberi diri-Nya sekaligus. Andai saja kita punya pikiran seperti ini: “Mereka tidak punya, karena kepunyaan mereka ada pada kita” maka kita akan memberi dengan senang hati. Sebab apa yang kita beri adalah kepunyaan mereka. Dengan memberi, kita telah menyayangi mereka.

Demikianlah Kasih Sayang itu tidak terbatas pada hal-hal tertentu saja, tetapi sangat luas dan dalam. Kasih sayang itu berasal dari Allah dan akan berkhir pula pada Allah, itulah keselamatan kita. Hari ini kita saling menyayangi dan itu dirayakan secara khusus, tetapi jangan lupa bahwa besok kita pun harus saling menyayangi. Allah mencintai kita, tidak hanya kemarin, hari ini, tetapi sampai selama-lamanya. Kalau begitu, kita harus saling mencintai satu sama lain.

SELAMAT “SALING MENCINTAI” - 14 Februari 2013

Lembah Bantik Pineleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar