Seperti sebelumnya, dosa
hanya dikenal dan dilakukan oleh orang beriman. Hanya orang berimanlah yang
mengetahui dengan benar akan kesalahan dan kejahatan yang dilakukannya. Kesalahan
itu bertentangan dengan kehendak Allah. Itu berarti, Allah sama sekali tidak
menghendaki agar manusia berbuat salah, apa pula kejahatan.
Namun demikian, kerapuhan
yang dimiliki manusia “mengarahkannya” kepada kesesatan hidup. Manusia terlalu
mementingkan dirinya sendiri kini dan di sini, tidak untuk keselamatannya. Berjalan
tanpa arah dan tujuan yang pasti, itulah yang selalu menjadi obsesi dan
perlakuan manusia. Ia menghindari yang baik dan melakukan yang jahat.
Demikianlah semua itu menjadi
“identitas” manusia. “Hanya debulah aku, Tuhan.” Satu kesadaran yang
menggambarkan bahwa ia tidak layak di hadapan Allah. Satu ungkapan hati yang
melambangkan ia tidak hidup seturut perintah Allah. Kini, manusia “terlempar”
sampai ke dasar, yakni menjadi debu. Sangat jahat dan jahat.
Abu yang ia terima di dahinya
melambangkan bahwa ia memang seperti debu. Akan tetapi, debu itu bukan lagi
debu sendiri melainkan debu yang bersalib. Di sana, Kristus yang tersalib hadir
dan mengangkat manusia itu menjadi anak Allah yang hidup. Allah berinisiatif
untuk menolong manusia. Itu sebabnya, manusia perlu bertobat.
Pertobatan menjadi tanda awal
baginya untuk berjumpa lagi dengan Allah sebagai sumber pengampunan kekal. Allah
telah datang melawat manusia. Ia datang untuk memberi teladan dan menunjukkan
jalan yang benar kepada Allah sendiri. Dia itulah Kristus yang lahir dan
menyertai manusia. Dan, mengikuti Kristus adalah tobat yang sejati.
Bertobat berarti mencintai
Kristus yang mati untuk semua orang. Mencintai Kristus berarti meneladani
pekerjaan-pekerjaan Kristus. Dan ketahuilah, pekerjaan Kristus adalah
mewartakan kerajaan Allah, kabar baik, damai sejahtera, kasih dan persaudaraan.
Karena itu, buah pertobatan harus menyentuh pekerajaan-pekerjaan itu.
Selamat
memasuki masa Prapaskah.
Lembah Bantik Pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar