12 Februari 2013

HANYA DEBULAH AKU, TUHAN

(debu – pertobatan – buah)

Seperti sebelumnya, dosa hanya dikenal dan dilakukan oleh orang beriman. Hanya orang berimanlah yang mengetahui dengan benar akan kesalahan dan kejahatan yang dilakukannya. Kesalahan itu bertentangan dengan kehendak Allah. Itu berarti, Allah sama sekali tidak menghendaki agar manusia berbuat salah, apa pula kejahatan.

Namun demikian, kerapuhan yang dimiliki manusia “mengarahkannya” kepada kesesatan hidup. Manusia terlalu mementingkan dirinya sendiri kini dan di sini, tidak untuk keselamatannya. Berjalan tanpa arah dan tujuan yang pasti, itulah yang selalu menjadi obsesi dan perlakuan manusia. Ia menghindari yang baik dan melakukan yang jahat.

Demikianlah semua itu menjadi “identitas” manusia. “Hanya debulah aku, Tuhan.” Satu kesadaran yang menggambarkan bahwa ia tidak layak di hadapan Allah. Satu ungkapan hati yang melambangkan ia tidak hidup seturut perintah Allah. Kini, manusia “terlempar” sampai ke dasar, yakni menjadi debu. Sangat jahat dan jahat.

Abu yang ia terima di dahinya melambangkan bahwa ia memang seperti debu. Akan tetapi, debu itu bukan lagi debu sendiri melainkan debu yang bersalib. Di sana, Kristus yang tersalib hadir dan mengangkat manusia itu menjadi anak Allah yang hidup. Allah berinisiatif untuk menolong manusia. Itu sebabnya, manusia perlu bertobat.

Pertobatan menjadi tanda awal baginya untuk berjumpa lagi dengan Allah sebagai sumber pengampunan kekal. Allah telah datang melawat manusia. Ia datang untuk memberi teladan dan menunjukkan jalan yang benar kepada Allah sendiri. Dia itulah Kristus yang lahir dan menyertai manusia. Dan, mengikuti Kristus adalah tobat yang sejati.

Bertobat berarti mencintai Kristus yang mati untuk semua orang. Mencintai Kristus berarti meneladani pekerjaan-pekerjaan Kristus. Dan ketahuilah, pekerjaan Kristus adalah mewartakan kerajaan Allah, kabar baik, damai sejahtera, kasih dan persaudaraan. Karena itu, buah pertobatan harus menyentuh pekerajaan-pekerjaan itu.



Selamat memasuki masa Prapaskah.


Lembah Bantik Pineleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar