Minggu,
17 Februari 2013
Allah,
melalui Musa, memperingatkan kepada bangsa Israel bahwa Dialah Allah yang
menyertai bangsa itu dalam sejarahnya. Jaminan hidup, pembebasan di Mesir
semata-mata “adalah dan kerena” Allah. Malahan, Allah menjanjikan kepada bangsa
itu suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Allah ada dan
senantiasa memperhatikan bangsa itu. Itulah sebabnya, hasil panen yang pertama
yang diperoleh bangsa Israel hendaklah dipersembahkan kepada Allah. Hasil itu
bukan untuk “dimakan” sendiri tetapi disyukuri, untuk memuliakan Allah.
Yesus
dengan tegas menolak semua godaan itu, sebab hidup sepenuhnya tidak didasarkan
atas godaan-godaan itu, melainkan pada Tuhan yang memberi hidup itu. Bumi dan
segala isinya diberikan oleh Tuhan bukan untuk menjerumuskan manusia ke dalam
dosa dan kesalahan melainkan dipergunakan sebagai persembahan dan ucapan syukur
kepada-Nya. Yesus berkata: “Manusia tidak hidup dari roti saja, melainkan dari
setiap sabda yang keluar dari Allah.” Sabda itu adalah Yesus sendiri. Ia
menjelma menjadi manusia dan menjadi korban tebusan dari Allah. Kalau begitu,
manusia tidak dapat hidup di luar Yesus.
Kepada
jemaat di Roma, Santo Paulus menasehatkan agar orang mengakui dengan mulut
bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya di dalam hati bahwa Allah telah
membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dengan begitu, keselamatan menjadi
nyata. Kalau hidup itu terarah pada Tuhan saja, maka segala sesuatu yang kita
miliki akan dipergunakan sebagai sarana untuk memuliakan Dia. Barang-barang
duniawi adalah pemberian Tuhan kepada kita, umat-Nya. Semua itu digunakan untuk
memperoleh keselamatan di dalam Dia, bukan kebinasaan. Jadi, hidup doa dan
spiritualitas adalah nomor satu, yang utama dan terutama.
Bagi
orang Yahudi, berpuasa yang benar adalah bukan soal menghindari makan dan
minuman, melainkan membangun hidup doa yang benar kepada Allah. Di samping itu,
memberi sedekah kepada orang lain adalah wujud konkrit kepercayaan dan doa serta
hubungan kita kepada Allah. Malahan, orang Yahudi menganggap makanan dan
minuman itu adalah pemberian Tuhan sendiri. Kalau begitu, hubungan kita dengan
Allah perlu dijaga, dirawat dan dieratkan supaya setiap godaan yang datang bisa
dilawan dan dimusnahkan. Sedangkan hal-hal duniawi merupakan tanda ucapan
syukur dan persembahan kita kepada Allah dan sesama, bukan untuk “dimakan”
sendiri.
“Ya
Tuhan, lindungi kami di dalam kesesakan”
Dalam
Naungan Bukit Bantik Pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar