Entahlah, aku dianggap ambiguitas, mendua, bercabang, tidak tetap,
tetap dan seterusnya. Biarlah mereka berkata apa, aku begini adanya.
Dia dan mereka berpandangan lain, seakan aku sedang menyimpan sesuatu. Kejujuranku
diblokir seketika, saat aku berpapasan dengan dua kelompok itu.
Meski dia dan mereka berkata lain, tatapanku tetap menuju ke arah yang satu dan sama. Bagiku, arah itu
adalah masa depanku.
Mungkin “kita” bisa membantu merubah pandangan dia dan mereka. Kita inilah
penemu jawaban yang tepat. Suaranya dapat dipercaya.
Antara Aku, Dia dan Mereka masing-masing punya masalahnya sendiri. Dan aku
tak bermaksud mencampuri masalah itu.
Aku tak mau mencampuri karena takut adonan yang kuberi salah dimengerti
lagi. Namun, mungkin sekali kalau semuanya digabungkan dan bersatu.
Kesatuan itu akan memuluskan langkah masing-masing dan tiap-tiap. Akhirnya,
semua menimba pada sumur yang satu dengan rasa air yang sama.
Berbeda itu indah, namun lebih indah jika masing-masing saling mengerti
dan berkreasi dalam perbedaan itu. Itulah kesungguhan hidup.
Banyak jalan ke sana. Yang bisa masing-masing buat adalah saling
mendukung sambil berusaha mengurangi cercaan yang tak berguna.
@dalam naungan bukit bantik pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar