17 Desember 2012

KEMATIAN KITA BERMAKNA BILA BERSAMA-NYA


(Refleksi tentang Kematian Manusia)

Selalu menarik kalau berbicara tentang "kematian." Apakah orang yang mati itu hanya tertidur? Bagaimana manusia dapat mati? Mengapa manusia harus mati? Adakah manusia yang luput dari kematian? Untuk apa manusia harus mati? Kapan manusia mati? Di mana ia mati? Apakah kematian itu adalah akhir dari segalanya? Itulah berbagai pertanyaan seputar kematian yang sudah pasti dialami manusia.

Sahabat, ada begitu banyak orang yang tidak percaya kepada TUHAN. Dengan kemampuannya sendiri, ia meninggalkan TUHAN dan menganggap diri sudah tahu segalanya. Lebih parah lagi, ia meminta agar manusia tidak boleh percaya kepada yang namanya TUHAN itu. Seakan-akan, TUHAN memang tidak penting dan tak berguna bagi manusia.

Lantas bagaimana kita harus menjelaskan dan memberi kesimpulan atas kematian orang (yang tidak percaya kepada TUHAN) itu kelak? Yang dapat kita simpulkan adalah "kematiannya tak berbeda dengan jauh dengan hewan atau tumbuhan." Itu berarti, kematiannya tak ada arti dan maknanya. Ia memang mati, tetapi kematiannya tidak sama dengan orang yang percaya kepada TUHAN.

Sahabat, HANYA di dalam TUHAN, kematian kita menjadi berarti dan bermakna. Di luar Dia, tak ada arti dan makna yang lebih baik dari kematian makhluk hidup yang lain. Kita bukanlah robot yang sudah otomatis kerjanya. Kita adalah manusia yang hidup untuk memuji dan memuliakan TUHAN. Karena itu ketika kita mati, kita akan dijemput-Nya. Ini berarti, kematian kita tidak sia-sia.

Bagi kita yang percaya kepada TUHAN, kematian bukanlah sebuah derita atau kekejaman atau akhir dari segalanya, melainkan pembaharuan bahkan pembaruan atas hidup kita di dunia ini. Tidak mungkin TUHAN hanya menciptakan kita dan tidak melihat kematian kita. Ia ada dengan kita saat diciptakan, pun saat mati. Malahan, Ia jugalah yang memperhatikan hidup kita.

Kalau begitu, tidak ada alasan bagi kita untuk menolak TUHAN. Seandainya kita menolak-Nya, maka sia-sialah hidup kita ini. Sia-sialah apa yang kita perjuangkan selamat "beredar" di bumi nan megah ini. Kita memang tidak melihat TUHAN secara langsung, tetapi iman kita melihat-Nya. Dengan mata iman, kita melihat kemuliaan-Nya yang tersembunyi di balik perbuatan baik kita di dunia ini.

Sahabat, percaya kepada TUHAN bukanlah sebuah kesia-siaan bagi kita. Justru saat itu kita sedang merajut tali persatuan dengan-Nya. Betapa menggembirakan bila kita tinggal bersama Dia yang selalu membimbing kita. Kepercayaan kita kepada-Nya menyempurnakan hidup kita sendiri. Ia menciptakan kita, maka kita berhak (bahkan juga wajib) percaya kepada-Nya. Maka, kematian kita ada kejelasannya.

Lembah Bantik Pineleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar