11 Desember 2012

CINTA ALLAH TIDAK SEBATAS "I LOVE YOU"


(Refleksi Teologis atas Cinta Allah dan Cinta Manusia)

Tidak sedikit orang yang coba untuk mengartikan dan mendefenisikan kalimat ini: "I Love You." Terlebih, kata "Love" yang terkandung di dalamnya. Pasti bahwa "I Love You" berarti "Aku Cinta Kamu." Pasti juga bahwa "Love" berarti "Cinta." Kalau ada kepastian di sana, apa yang menjadi ketidakpastiannya? Karena, kalau mengatakan pasti, harus ada ketidakpastiannya. Saat orang menyadari akan "kepastian," saat itu juga ia sadar bahwa ada "ketidakpastian" di sana.

Lantas apa yang menjadi arti dan defenisi dari kalimat "I Love You" dan kata "Love" yang terkandung di dalamnya? Pertama, kalimat itu terdiri dari 3 kata bahasa Inggris. Sedangkan kata "Love" itu juga bahasa Inggris. Kalau diIndonesiakan, maka masing-masing berarti "Aku Cinta Kamu" dan "Cinta." Ini merupakan "isi" pemberian Allah kepada Manusia. Bahwa Allah mencintai Manusia, dan Manusia mencintai Allah. Allah memberi Cinta dan menempatkannya dalam diri manusia supaya Manusia mencintai-Nya pula.

Itulah relasi sesungguhnya yang terbentuk antara Allah dan Manusia. Sebaliknya, bukan relasi "Tuan" dan "Budak." Kalau tuan seringkali memperlakukan budak sebagai orang kecil, pembantu, dan pelayan yang bekerja siang dan malam tanpa mengenal waktu. Justru sebaliknya relasi antara Allah dan Manusia adalah relasi Cinta. Allah mengangkat manusia kepada martabatnya yang sesungguhnya, itulah partner-Nya. Bukan sebagai budak, tetapi teman sekerja Allah. "Kalau pun" budak, itu adalah budak yang telah dimerdekakan oleh-Nya.

Cinta Allah kepada Manusia sedemikian besarnya, sehingga Ia sendiri datang dan mencari yang hilang dari hadapan-Nya. Bukan saja Ia pergi mencari, tetapi juga memberi makan, menyediakan padang rumput yang hijau dan air yang tenang kepada umat-Nya. Yang terluka disembuhkan-Nya, dan yang sakit diobati-Nya. Apakah Manusia sehingga Kau memperhatikannya, mengindahkannya dan mengingatkannya? Demikian seruan sang pemazmur. Intinya, manusia berharga di mata Allah. Allah mencintai Manusia, bahkan rela mati untuk Manusia.

"Allah mengerti, Allah peduli." Benarlah lantunan lagi itu. Bukan sekedar mengatakan atau mengerti bahwa Ia cinta kepada Manusia, tetapi menunjukkan secara langsung apa yang menjadi isi dari pengertian-Nya. "I Love You" memang berlaku bagi Allah untuk Manusia, tetapi lebih jauh dari itu, Ia menunjukkannya kepada Manusia. Bahkan, keberadaan Manusia itu pun adalah bentuk Cinta-Nya kepada Manusia. Sampai pada kedatangan-Nya untuk melawat Manusia dan wafat demi Manusia, itu tanda Cinta-Nya kepada Manusia. Oh... Allah...!!!

Menjawab pertanyaan tentang ketidakpastian di atas. "Kalau ada kepastian, maka harus ada ketidakpastian." Hal yang pasti adalah adanya relasi Cinta antara Allah dan Manusia. Pasti bahwa Allah mencintai Manusia, sekaligus mewujudkan cinta-Nya itu. Menjadi ketidakpastian ketika Cinta itu ada pada Manusia. Kadang, mencintai Allah dilihat sebagai hal yang sangat sulit, bahkan tak bisa sama sekali. Kalau pun mencintai, itu hanya sebatas bibir, tidak sampai pada hati, tangan dan kakinya. Tidak sampai pada keutuhan dirinya sebagai Manusia.

Saudara, lihatlah dirimu saat ini. Lengkap kan? Orang buta, timpang, bisu atau cacat sekalipun sebenarnya merasa diri lengkap. Kelengkapan itu ditemukan dalam kecintaan mereka pada Allah. Kalau Allah begitu mencintai kita, mengapa kita tidak bisa membalas cinta-Nya? Jangan terhimpit dengan kemewahan dunia ini, tetapi terhimpitlah dengan kemewahan surgawi. Yesus, Sang Bijaksana yang paling agung itu, telah mengajarkan segal hal kepada kita, maka marilah kita hidup sesuai ajaran-Nya itu. Janganlah menyesatkan dirimu sendiri sehingga harus terhimpit dan jauh dari kawanan domba yang lain. Buatlah satu kepastian bahwa kamu mencintai Allah, dengan segenap jiwamu, akal budimu, ragamu dan seluruh hidupmu. Kalau demikian, kamu akan layak di hadapan-Nya.

Lembah Bantik Pineleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar