20 November 2012

MENIMBA SEMANGAT HIDUP BUNDA MARIA



St. Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah

Hari ini, Gereja marayakan pesta Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah. Persembahan diri Maria dimulai sejak ungkapan khas yang keluar dari mulutnya: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk. 1:38). Tidak sekedar bunyi, tetapi sungguh sebuah ungkapan yang berasal dari hati yang paling dalam sebagai pengabdian kepada Allah yang menawarkan keselamatan kepada dunia.

Di hadapan Allah, Maria menyerahkan diri sebagai hamba yang bersedia melaksanakan kehendak dan rencana-Nya. Penyerahan diri ini mendatangkan rahmat baginya, yakni mengandung dan melahirkan Putera Allah yang Kudus. Maria sungguh berbahagia karena boleh menerima dan melaksanakan sabda Allah. Allah sangat berkenan kepadanya karena kerendahan hati dan kualitas hidup yang dimilikinya.

Tidak hanya sampai di situ. Ia tidak hanya mengandung dan melahirkan Putera Allah, tetapi juga membesarkan-Nya, menuntun-Nya sepanjang perjalanan hidup Sang Putera. Dalam sengsara Putera, Maria hadir sebagai ibu yang turut berduka cita. Sebagai ibu, ia tahu bagaimana harus menempatkan diri, termasuk perjalanan salib Putera itu. Sungguh, kesetiaan Maria terhadap Allah tak dapat diragukan lagi. Inilah hamba Allah yang paling diberkati.

Persembahan diri Maria kepada Allah terlaksana sepanjang seluruh hidupnya. Iman Maria kepada Allah tercermin lewat jawaban ‘ya’ atas tawaran Allah. Iman itu tercermin pula dalam seluruh perjuangan hidupnya bersama Sang Putera. Maria, perawan desa sederhana itu, menjadi wanita yang diangkat Allah ke surga karena teladan hidupnya yang berkenan di hadapan Allah. Itu sebabnya, ia memperoleh mahkota surgawi.

Saudaraku terkasih, tak ada persembahan yang lebih berharga, yang bisa diberikan kepada Allah, selain diri kita sendiri. Allah menciptakan kita secitra dengan-Nya. Karena itu, diri kita sangat berharga dan mulia di hadapan-Nya. Di dalamnya, ada jiwa dan hati nurani, juga akal budi dan kepandaiannya. Sungguh, keberadaan kita sangatlah lengkap, bahkan sempurna. Inilah pemberian Allah yang terbesar bagi kita.

Lantas, mau ‘dibawa ke mana’ diri kita yang lengkap nan sempurna itu? Mau diapakan pemberian Allah itu? Jawaban yang sama seperti ungkapan Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Di sini, kita membiarkan Tuhan bekerja atas diri kita sambil hidup sesuai dengan kehendak dan rencan-Nya. Inilah persembahan kita yang paling berkenan dan berharga di hadapan Allah.

Dunia boleh menawarkan banyak hal kepada kita, tetapi Tuhan, Ia menawarkan keselamatan kepada kita melalui Yesus, Putera-Nya. Sabda menjelma menjadi manusia, tinggal di antara manusia dan menjadi jalan satu-satunya bagi manusia untuk sampai kepada Allah di surga. Maka, sudah sepantasnya kita menerima Sabda itu, menjadikan-Nya sebagai pegangan hidup dan melaksanakan serta menghasilkan buah. Begitulah cara kita mempersembahkan diri kepada Allah. Itu juga yang menjadikan kita “yang berbahagia” di hadapan orang lain. Dengan demikian, sabda Yesus ini terpenuhi: “Ibu dan saudara-saudariku adalah mereka yang mendengar dan melaksanakan sabda Allah.”

Lembah Bantik Pineleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar