2 November 2012

KESOMBONGAN DAN KEMUNAFIKAN MENGHANCURKAN DIRI SENDIRI



Flp. 1:18b-26, Luk. 14:1,7-11

Kesombongan dan kemunafikan adalah dua sikap yang sangat khas dan dekat dengan orang yang mencari-cari muka dalam kehidupan bersama. Dua sikap itu lahir dari perasaan 'orang lain lebih besar darinya' dan tidak merasa puas dengan apa yang sedang dimiliki. Lebih dari itu, dua sikap itu sering timbul dari kenyataan bahwa orang tidak bisa menerima dirinya apa adanya. Itulah sebabnya, orang melakukan apa saja, termasuk munafik dan berbohong untuk menutupi kekurangannya sendiri. Orang merasa dirinya harus ditinggikan agar bisa dihormati di mana-mana. Karena itu, ia harus berlaku seperti orang yang harus dihormati tanpa memiliki sikap hati yang jujur. Seolah-olah ia hadir sebagai orang yang jujur, padahal hatinya penuh dengan pikiran jahat dan hanya ingin mengelabui pandangan orang lain. Kemunafikan dan kesombongan itu adalah cara hidup yang menutupi kekurangan dan meninggikan diri. Sikap seperti ini akan menghasilkan kesalahan dalam bertingka dan dipermalukan oleh orang lain. 

Saudara-saudariku yang terkasih, hari ini Tuhan Yesus menegaskan tentang hal kerendahan hati. Pada zaman Yesus, kedudukan dan posisi dalam kehidupan bersama sangat dipentingkan. Setiap tamu yang diundang untuk hadir dalam sebuah pesta seringkali berusaha untuk duduk di tempat terdepan dalam pesta itu. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh tempat yang paling depan supaya tidak dihina oleh orang lain. Jadi, kalau seseorang duduk di tempat yang paling depan akan dilihat sebagai orang yang terhormat, dari pada orang yang duduk di bagian tengah atau bagian belakang. Sikap seperti inilah yang dikritik oleh Tuhan Yesus. Ternyata, orang menghadiri pesta hanya untuk mencari kursi yang paling depan sehingga bisa dilihat orang banyak. Akan tetapi, Tuhan Yesus menunjukkan kelemahan dari sikap seperti itu, yakni bisa jadi tuan pesta akan menyuruh orang itu untuk duduk di bagian tengah atau belakang karena tempat itu disediakan untuk orang yang lebih terhormat daripadanya. Karena itu, ia sendiri akan mendapat malu sebab ia berpindah dari tempat terdepan ke tempat yang di tengahnya atau di belakangnya. Maka, Tuhan Yesus memberi jalan keluar untuk situasi seperti itu. Setiap orang yang mau menghadiri pesta hendaklah duduk di bagian tengah atau belakang sehingga tidak mendapat malu. Bisa jadi, orang yang duduk di bagian belakang akan diminta oleh tuan pesta untuk duduk di bagian depan sehingga ia mendapat hormat dengan sendirinya, tanpa harus menunjukkan dirinya terlebih dahulu. 

Saudara-saudariku yang terkasih, Tuhan Yesus sebetulnya menggaris-bawahi sikap kerendahan hati saat berhadapan dengan sesama di sekitar kita. Tuhan Yesus mengajarkan agar kita tidak boleh menunjukkan diri secara berlebihan sehingga terkesan munafik. Kita juga tidak boleh memegahkan diri kita sendiri di hadapan orang lain. Sikap munafik di hadapan orang lain tidak akan mengubah diri kita yang ditutupi. Sikap sombong di hadapan orang lain hanya akan menjatuhkan diri kita sendiri. Sebab, baik munafik maupun sombong sama-sama mendatangkan kerugian bagi diri kita sendiri. Dua sikap ini hanya sebatas memegahkan diri sendiri dibandingkan dengan Allah. Allah, dalam diri Yesus Kristus, rela merendahkan diri-Nya dalam peristiwa inkarnasi, sengsara dan wafat-Nya demi meninggikan manusia di hadapan Allah. Tuhan Yesus rela menderita agar setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh keselamatan kekal. Inilah sikap rendah hati yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus kepada para pengikut-Nya. Tuhan Yesus tidak menyombongkan diri-Nya di hadapan umum bahwa Dia adalah Putera Allah atau Mesias. Malah dalam banyak kesempatan, Ia melarang para murid-Nya untuk tidak memberitahukan diri-Nya dan peristiwa-peristiwa ajaib yang dibuat-Nya demi keselamatan manusia. Semua ini mau menggabarkan bahwa Tuhan Yesus tidak memegahkan diri di hadapan orang lain. Ia tidak munafik dan juga tidak sombong. Dengan demikian, sebagai pengikut-Nya, kita harus hidup seperti Dia, yakni merendahkan diri di hadapan orang lain, tidak sombong dan berlaku sebagaimana mestinya. Ini berarti, kita wajib menerima diri apa adanya sehingga sikap munafik dan sombong tidak akan timbul dari hati kita. 

Saudara-saudariku yang terkasih, santo Paulus dengan bagus menunjukkan bagaimana orang harus memegahkan diri. Bukan kemunafikan dan kesombongan diri sendiri tapi sebaliknya memegahkan diri dalam Kristus. Itu berarti, kemegahan diri kita harus ditempatkan dalam Kristus. Jadi, kalau kita bermegah, harus bermegah dalam Kristus sebagai penebus kita. Kemegahan itu bisa ditunjukkan dari cara kita mengimani Kristus. Kita bermegah dalam Kristus berarti kita menunjukkan kualitas-kualitas sebagai pengikut Kristus sendiri. Kualitas-kualitas itu adalah hormat terhadap suami, istri, anak dan semua keluarga kita. Di samping itu, kita juga harus rajin berdoa dan bekerja supaya Allah senantiasa memberikan berkat dan perlindungan kepada kita. Dan yang paling penting dan yang ditegaskan oleh Kristus kepada kita hari ini adalah merendahkan diri di hadapan orang lain, istri, suami, anak dan siapa saja sama seperti Kristus yang merendahkan diri-Nya untuk kita. 

LEMBAH BANTIK PINELENG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar