Hari ini
Tuhan Yesus berhadapan dengan seorang ahli Taurat. Ahli Taurat itu bertanya kepada
Yesus tentang “Hukum yang paling utama.” Yesus menjawab orang itu dengan
menunjukkan tindakan Kasih terhadap Allah dan Kasih terhadap sesama. Kepada
Allah, orang harus mengasihi-Nya dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan
dengan segenap akal budi. Dan kepada sesama, orang harus mengasihi seperti
dirinya sendiri. Tindakan kasih seperti ini jauh melebihi kurban bakar dan
kurban sembelihan yang dibawa ke Bait Allah untuk dipersembahkan kepada Allah.
Bagi Tuhan Yesus, persembahan yang paling berkenan kepada Allah adalah
mengasihi Allah dan sesama. Karena itu,
Tuhan Yesus menunjukkan bahwa apabila sikap seperti itu yang dihidupi maka
manusia tidak akan jauh dari Kerajaan Allah.
Saudara-saudariku
yang terkasih, kasih menjadi dasar dari seluruh pewartaan Kritus tentang
Kerjaan Allah di dunia ini. Yesus pernah bersabda: “Tidak ada kasih yang lebih
besar dari kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya.”
Ternyata, kasih harus menjadi landasan atau dasar dari setiap perbuat manusia.
Dan kasih yang terbesar itu seperti yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri kepada
manusia, yakni dengan menyerahkan nyawa-Nya demi menebus dosa-dosa manusia.
Yesus mengasihi manusia sampai mati di kayu salib dan dengan itu manusia
selamat dari dosa dan kesalahannya. Santo Paulus juga menegaskan hal ini bahwa
yang terbesar adalah Kasih bila dibandingkan dengan iman dan harapan. Itu
sebabnya, kasih harus diutamakan dan menjadi yang pertama dalam hidup manusia.
Saudara-saudariku
yang terkasih, mengasihi Allah haruslah dengan segenap hati, dengan segenap
jiwa dan dengan segenap akal budi manusia. Hati diberikan oleh Allah untuk
memikirkan hal-hal baik dan benar dalam hidup manusia. Hati manusia itu selalu
terarah kepada Allah dan kebenaran sehingga manusia harus hidup seseuai dengan
itu. Demikian juga dengan jiwa manusia. Ia selalu terarah kepda Allah dan
mencari Allah. Akal budi manusia juga demikian, haruslah dipusatkan kepada
Allah, bukan untuk memikirkan hal-hal jahat. Jadi, dalam hidupnya, manusia
harus berusaha untuk menempatkan Allah dalam seluruh aktivitas hati, jiwa dan
pikirannya. Dengan begitu, Allah akan berkenan kepadanya. Mengasihi sesama juga
penting, sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Tuhan Yesus mengajarkan
kepada kita untuk melihat orang lain sebagai sesama kita. Allah menciptakan
manusia sama dan tidak membeda-bedakan. Karena kita tidak boleh memandang
sesama sebagai lawan atau obyek. Sebaliknya, orang lain adalah sesama kita dan
subyek. Karena itu, perlakukanlah orang lain sama seperti diri kita sendiri.
Saudara-saudariku
yang terkasih, mencintai Allah dan sesama adalah kunci utama bagi kita untuk
masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kita tidak mungkin masuk ke dalam surga kalau
kita sendiri tidak punya kasih kepada Allah dan sesama. Sebagai pengikut
Kristus, kita harus hidup seperti Kristus dengan menagamalkan hukum kasih.
Kristus telah mengasihi kita sampai wafat di salib maka kita pun harus
mengasihi Allah dan sesama seperti yang dipraktekkan oleh Kristus itu. Tidak
perlu melihat jauh-jauh. Suami-istri harus saling mencintai. Demikian juga anak
dan keluarga lain. Semua itu harus saling mencintai sebagai anggota keluarga.
Dengan begitu, kedamaian akan tercipta dalam keluarga itu. Seandainya hanya ada
permusuhan dalam keluarga, maka keluarga itu tidaklah harmonis dan akan
terpecah belah. Maka marilah kita hidup saling mencintai. Allah lebih dahulu
mencintai kita dalam diri Yesus Kristus, maka kita pun harus mengasihi Allah
dan sesama kita agar rahmat dan berkat Allah selalu mengalir dalam kehidupan
kita. Semopga Demikian...
LEMBAH BANTIK PINELENG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar