Why. 10:8-11, Luk. 19:45-48
Sejak
awal, Allah telah menciptakan segala sesuatu baik adanya. Di dalam kebaikan
itu, Allah menempatkan kebenaran sebagai bagian dari ciptaan. Di dalam ciptaan
itu, manusia hadir sebagai teman sekerja Allah. Ia menerima tanggungjawab untuk
menjaga dan memelihara segala sesuatu yang telah Allah berikan kepadanya. Tanggungjawab
itu diperankan manusia dalam kebebasannya untuk selalu memilih melakukan yang
baik dan benar, sebab pada dasarnya manusia memiliki hati nurani yang tidak
dapat keliru.
Tujuan
dari semua itu adalah kemuliaan kepada Allah di tempat yang tinggi. Kemuliaan ini
dapat diterjemahkan dalam pengorbanan diri manusia untuk tunduk dan taat pada
perintah Allah sendiri. Itu berarti, bertanggungjawab atas apa yang ‘dititipkan’
Allah adalah bentuk pujian dan kemuliaan serta ketaatan manusia terhadap Allah.
Namun, ketika berhadapan dengan dunia, manusia paling condong untuk ‘meluhurkan’
egonya. Tugas dan tanggungjawab yang diberikan Allah kalah pamor. Maka, manusia
jatuh dalam dosa.
Hari
ini, Tuhan Yesus mengusir para ‘pedang anyar’ yang berdagang di dalam Bait
Allah, tempat kediaman Allah. Karena kepentingan pribadi, orang lalu
menghalalkan segala cara untuk memenuhi kepentingan itu. Allah dipinggirkan dan
keinginan manusia dibenarkan. Di sini, kebenaran tidak lagi menjadi pegangan
manusia, malah diabaikan, diinjak-injak, bahkan dijadikan sarang penyamun. Maka,
sebagai orang yang mengidupi kebenaran itu, Yesus menghentikan arus jual-beli
dan transaksi yang terdapat di dalam Rumah Allah.
Saudaraku
terkasih, di setiap zaman, setiap tempat, dan setiap hidup pasti terdapat
penolakan terhadap kebenaran. Janganlah takut untuk bersikap dan berlaku benar
di hadapan orang lain. Meski kamu ditolak karena melakukan yang benar, Allah
tidak pernah menolak engkau. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat tak dapat
menangkap Yesus karena tak tahu melakukannya. Justru orang banyak menaruh hati
dan terpikat kepada-Nya, karena Dialah kebenaran yang dijanjikan Allah kepada
manusia.
Hilangkanlah
egomu dan kenakanlah senjata Allah, yakni kebenaran itu. Gunakanlah kebebasan
yang sudah diberikan Allah itu untuk memilih yang benar. Di sini, Yesus bisa
menjadi contoh dan teladan bagi kita. Kalau kita menghidupkan kebenaran, maka
bukan saja manusia yang terpikat kepada kita, tetapi terlebih Allah sendiri
yang terpikat dengan kita.
Lembah
Bantik Pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar