28 Oktober 2013

DERITA MELAHIRKAN HARAPAN DAN HARAPAN MELAHIRKAN KEMULIAAN


Luk. 13:18-21, Rm. 8:18-25

Bangsa Israel, ketika mengalami pembuangan ke Babel, dijadikan sebagai tawanan dan sangat menderita karena senantiasa ditindas. Penderitaan mereka menimbulkan harapan akan pertolongan dari pihak lain. Mereka merindukan kenyamanan yang dahulu mereka alami saat di negeri mereka sendiri. Harapan mereka akan pembebasan semakin menguat dalam diri mereka. Ya, harapan itu ada ketika mereka tidak lagi memperoleh kelimpahan susu dan madu di negeri bangsa yang kejam.


Pihak yang berkuasa membebaskan mereka adalah Allah. Harapan mereka yang besar akan pembebasan itu menjadikan mereka sebagai bangsa yang didengarkan dan dibebaskan oleh Allah. Setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun di tanah pembuangan itu, Allah mengantarkan mereka kembali ke negeri mereka sendiri. Ya, harapan yang baik dan yang benar pada siapa dan apa membuat mereka dituntun pulang ke kampung halaman sendiri dan memperoleh kanyamanan dalam lindungan Allah.

Namun demikian, kerajaan dan kuasa Allah tidak hanya terbatas pada harapan akan ‘pembebasan’ dan ‘kenyamanan’ bangsa Israel yang dipenuhi oleh Allah sendiri tetapi pada kemuliaan yang akan diterima oleh setiap orang dari Allah dalam kerajaan surga. Penderitaan yang dialami oleh setiap orang di dunia ini akan dijawab dan dihapuskan dengan kemuliaan oleh Allah saat manusia berada di hadapan-Nya. Setiap orang mengharapkan kemuliaan itu; oleh harapan dan Roh, ia akan mendapatkannya dari Allah.

Tuhan Yesus menggambarkan kemuliaan manusia setelah mengalami berbagai penderitaan itu dengan biji sesawi. Biji itu, meskipun kecil, akan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya. Penderitaan yang ‘kecil’ yang dialami manusia akan mendatangkan kemuliaan yang besar dari Allah bagi dirinya. Dalam penderitaan yang ‘kecil’ itu setiap orang diminta untuk memiliki harapan yang besar akan Allah dalam ketekunan. Dengan begitu, manusia memperoleh kemuliaannya.

Kawan, ‘penderitaan’ dalam hidupmu janganlah dipandang sebagai ‘hukuman’ dari Allah, melainkan jalan bagimu untuk senantiasa mengharapkan Allah yang berkuasa atas penderitaan itu. Seharusnya penderitaan itu menjadikanmu lebih bijak untuk memandang Allah sebagai Pribadi yang patut diharapkan. Sebab dari pada-Nyalah lahirlah kemuliaan bagimu dan kamu dilayakkan menjadi anak-anak-Nya. Penderitaanmu adalah ‘cara Allah’ menimbulkan harapan yang besar kapada-Nya dalam dirimu. Dengan harapan akan Allah, Kerajaan Allah pun akan terlaksana sepenuhnya atas hidupmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar