29 Agustus 2013

JANGAN ‘MENGABURKAN’ KEBENARAN!!!



Yohanes Pembaptis adalah nabi terakhir dalam Perjanjian Lama. Di sungai Yordan, ia berdiri dan membaptis orang-orang berdosa yang datang kepadanya. Baptisannya adalah baptisan tobat yang menandakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Ini sekaligus mengingatkan bangsa Israel akan pembebasan dan rahmat yang diterima pada masa yang lampau.

Karenanya, pertobatan itu dipandang sebagai jalan menuju Kerajaan Allah; itulah jalan tobat. Setiap orang dituntut untuk mempersiapkan jalan yang permanen, yaitu jalan batin di dalam hati manusia, bukan jalan pasir yang gampang sekali dilenyapkan angin.

Namun demikian, pertobatan ini tidak dimaksudkan pada aspek batiniah semata, melainkan juga aspek lahiria. Jadi, pembaptisan tobat yang dibuat oleh Yohanes Pembaptis itu menyentuh perubahan batin dan perubahan sikap. Dengan demikian, orang dinyatakan siap untuk menyambut kedatangan Allah dan Kerajaan-Nya.

Itulah kebenaran yang diwartakan oleh Yohanes Pembaptis di padang gurun dan sungai Yordan. Karena itu, barang siapa yang bertindak keliru atau pun salah pasti mendapat teguran dari sang Nabi. Sebagai contoh, Herodes. Herodes mengambil istri saudaranya. Sikap ini tidak dapat dibenarkan. Karena itulah, Yohanes menegurnya. Di samping itu, Herodias, istri Herodes, tidak menerima teguran yang sama. Itulah sebabnya, ia menghendaki agar kepala Yohanes Pembaptis dipenggal.

Kadang kala orang mendengung-dengungkan kebenaran, namun sulit untuk mewujudkannya dalam hidup. Berhadapan dengan itu, keputusan atau janji yang bersifat ‘instan’ gampang untuk diutarakan. Akibatnya, orang lain memperoleh getahnya; orang lain dikorbankan.

Kalau demikian, Kerajaan Allah sukar untuk direalisasi dalam hidup manusia. Kebenaran sukar untuk dihidupi hanya karena sikap, sifat dan tindakan yang tidak seharusnya diekspresikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar