Di mana-mana
kita pasti menemukan kalimat ini, “Allah adalah Cinta.” Cinta menjadi identik
dengan diri Allah. Cinta melekat pada diri Allah dan segala sesuatu ada karena
Cinta itu. Dengan kata lain, keberadaanku, keberadaanmu, dan keberadaan kita
semua semata-mata karena Cinta Allah. Cinta Allah itulah yang memungkinkan kita
untuk memperoleh hidup yang nyata.
Banyak orang
yang mencoba untuk mengungkapkan dan menggambarkan diri Allah sesuai dengan
pengalaman hidup mereka, namun dalam ‘kacamataku’ sendiri Allah itu adalah
Cinta. Aku tidak dapat melukiskan yang lain yang lebih besar dan lebih luas
daripada itu. CintaNya terlalu besar sehingga tidak ada cela bagiku untuk
mengatakan hal lain, selain itu. God is Love.
Kisah penciptaan
dapat dimulai karena Cinta. Abraham taat kepada Allah karena Cinta. Bangsa Israel
diperhitungkan Allah karena Cinta. Bahkan bangsa Israel dibuang ke Babel oleh
Allah karena Cinta. Israel pulang dari perbudakan karena Cinta. Cinta itu nyata
dalam diri Yesus Kristus. Para rasul giat mewartakan Allah karena Cinta. Dan,
kita mengkuti Kristus karena Cinta Roh Kudus.
Semuanya dapat
terjadi karena Cinta. Manusia diselamatkan karena Cinta itu. Demikianlah sejarah
hidup manusia diwarnai dan dihiasi oleh Cinta Allah yang tak terbatas. Sayangnya,
kadang orang menganggap penderitaan yang dialaminya disebabkan oleh Cinta Allah
yang tak menyentuhnya. Ini jelas keliru karena matanya tertutup oleh karena
penderitaannya itu.
Kita hidup di
dalam ruang dan waktu yang luas dan panjang. Kita menempati dunia yang terbatas
sehingga penderitaan hendaklah dilihat sebagai akibat dari keterbatasan itu. Poinnya
ialah keterbatasan itu mengakibatkan manusia memperoleh dan mengalami sendiri
Cinta Allah yang tak terbatas. Cinta itu turut hadir di dalam sejarah manusia
sehingga kita yang terbatas dipilih Allah.
Allah menyelamatkan
kita karena CintaNya yang besar kepada kita. Cinta itu ditunjukkan olehNya
melalui kehadiran nyata Kristus, sang Penyelamat dunia. Maka Kristus hadir di
dunia sebagai anugerah terindah yang pernah dialami manusia. Manusia mengalami Cinta
Allah secara dekat dan langsung. Ia datang kepada milikNya sendiri, itulah
manusia, kita ini. – kbp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar