(Terinsipirasi dari pengalaman Matahari)
Matahari sejatinya memiliki kemampuan menyinari. Sinarnya menjadi
kekuatan dan penolong bagi mereka yang membutuhkannya. Ya, katakanlah,
Manusia, Tumbuhan. Hewan sedikit banyak tak suka akan adanya sinar itu,
lantaran banyak yang suka bagi yang namanya panas. Kalau diteliti, maka
akan terdapat sedikit saja yang memerlukannya. Akan tetapi, pada intinya
semua memerlukan sinar sang surya itu. Manusia membutuhkannya bagi
kelangsungan hidupnya, pun demikian dengan yang namanya tumbuhan itu.
Cahaya pertama menentukan. Demikianlah pepatah yang diucapkan oleh
salah seorang temanku dalam suatu perjumpaan, pada kebun pisang. Saat
itu, kami menanam pisang bersama-sama dan tanpa disadari, saat kami
hendak menanam sepohon pisang (tak tahu,
pohon ke berapa yang kami tanam itu) muncul pepatah itu. Bahwa kalau
pohon pisang itu hendak tumbuh setelah kami menamnya, itu tergantung
dari cahaya pertama yang menyentuh pisang itu. Karena itu, jangan
membelakangi matahari ketika pohon pisang hendak ditancapkan ke dalam
lubang tanah yang sudah disiapkan. Anda membelakangi matahari, sama
artinya dengan Anda “memantati” (maaf, sedikit jorok) matahari. Matahari
sebagai sumber cahaya, maka janganlah menghalanginya ketika ia memberi
cahaya pada pohon pisang itu. Demikian yang kami pikirkan dan diskusikan
bersama-sama saat itu.
Aneh juga ya…? Kok, bisa demikian? Entahlah,
yang pasti, obrolan itulah yang terjadi saat itu. Saya lalu memikirkan
lebih jauh tentang diskusi kami itu. Bahwa sebenarnya, apa yang menjadi
makna dari pengalaman itu? Pemberian orang, jangan diabaikan. Sebab,
pemberian itulah yang kadang juga memberimu hidup. Meskipun cuma-cuma
pemberiannya, namun itulah yang menggambarkan ketulusan hatinya terhadap
Anda. Itulah perhatiannya terhadap Anda. Maka janganlah diabaikan.
Demikianlah yang menjadi makna yang dapat ditarik dari pengalaman itu.
Beralih ke dunia Tuhan dan manusia.
Tuhan senantiasa memberi kepada umat-Nya. Ya, berkatlah yang menjadi
pemberian itu. Ia memberi tanpa batas, karena kehendak-Nya adalah
menjadikan kedamaian menjadi cara hidup manusia. Jika manusia tidak
menginginkan damai, maka jelas ia menolak pemberian Tuhan. Tuhan memberi
supaya manusia hidup. Tuhan memberi supaya manusia berdamai. Layaknya
matahari, Tuhan menghidupkan manusia dan menjadi sumber bagi
kehidupannya. Maka hendaklah manusia menerima apa yang menjadi pemberian
Tuhan itu dengan hati dan tangan terbuka. Semoga Anda mau menerima
pemberian dan tawaran Tuhan dalam hidup Anda.
Lembah Bantik Pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar