27 Februari 2014

Perkawinan Tidak Mengenal "Perceraian"

"Rahmat Perkawinan Kristen adalah buah dari salib Kristus, sumber setiap penghayatan Kristen" [KGK 1615]

Kristus, Sang Imam Agung kita, pernah bersabda: "apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mrk. 10:9). Perkawinan adalah tanda Allah mencintai dan menyelamatkan umatNya. Kedua mempelai yang bersatu karena cinta dan menyatakan janji suci untuk sehidup-semati di hadapan imam adalah pribadi-pribadi yang disatukan oleh Allah. Karena itu, perkawinan yang dilangsungkan itu bukan saja 'menyatakan janji', melainkan juga tanda nyata bahwa Allah sementara menyelamatkan umatNya sendiri.

Sebagaimana Kristus tidak bisa dipisahkan dari GerejaNya, demikian jugalah perkawinan itu. Laki-laki dan perempuan yang disatukan Allah itu tidak bisa saling menceraikan. Kristus wafat di salib bagi umatNya, GerejaNya sehingga keselamatan diperoleh. Karenanya ketika laki-laki meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istrinya, ia dengan tahu dan mau membaktikan dirinya sutuhnya kepada Allah melalui perkawinan itu. Itu sebabnya, perkawinan adalah "latihan" untuk mencintai Kristus seumur hidup.

Karena perkawinan adalah tanda cinta kepada Kristus, maka tidak boleh ada perceraian di dalamnya. Di dalam untung dan malang, suka dan duka, derita dan bahagia, orang dituntut untuk tetap setia pada pasangannya. Sebab kesetiaan itu sendiri menggambarkan kesetiaan kepada Allah, yaitu Kristus, yang telah setiap memanggul salibNya dan menyelamatkan umat manusia. Bercerai berarti meninggalkan Kristus, dan hal itu merupakan dosa karena memilih untuk menjauh dari Allah.

Perkawinan bukanlah suatu adegan film yang diperankan begitu saja dan menimbulkan kesan manis kepada para pemirsa. Namun ia merupakan ungkapan keseriusan setiap orang untuk mencintai Allah secara intim. Itulah sebabnya setiap orang perlu dipersiapkan dengan matang sebelum perkawinan itu dilangsungkan. Setiap orang perlu dibekali agar ketika mencintai Allah, ia mencintaiNya dengang sungguh-sungguh. 

Sampai kapan pun Gereja Katolik akan tetap mempertahankan keluhuran perwakinan ini. Bahwa perkawinan itu satu dan tak terceraikan. Sama seperti Kristus yang mati satu kali untuk selamanya, demikian juga perkawinan, satu kali untuk selamanya. Perkawinan adalah rahmat yang diberikan Allah melalui salib kristus dan cinta yang dibaktikan manusia kepada Allah. Jadi, satu kali mencintai Allah, tetap untuk selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar