
Harga yang sama dipakai juga oleh Yudas Iskariot dalam menyerahkan
Yesus kepada imam-imam kepala. Di mata Yudas, “harga” untuk Yesus sebanding
dengan seorang budak yang biasanya diperjual-belikan. Begitu jahatnya Yudas
memandang Yesus, padahal sudah lama ia mengikuti Yesus.
Apa gerangan Yudas menjual Yesus? Alasannya, ia tidak punya pengenalan
akan Yesus. Buktinya, ketika Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Ada reaksi yang
berbeda dari seorang Yudas, yakni: “Bukan aku, ya Rabi?”

Tidak mengenal Allah itu merupakan satu kebodohan terbesar bagi
manusia. Mengapa? Karena ia lupa akan hakikat dirinya. Ia lupa akan nyawanya
sendiri . Terlebih, ia lupa akan siapa yang menciptakannya. Seandainya setiap
orang berprinsip bahwa Tuhan adalah nyawanya, maka ia akan memeliharanya.
Mengapa aku mencari Allah? Karena Dialah kebutuhan utamaku, kebutuhan
primerku. Karena itu, aku tidak mungkin “menjualNya” meski aku terhimpit oleh
beban dan kesulitan hidup. Aku tak mungkin melepaskanNya jika berhadapan dengan
kemegahan dunia.
Itu sebabnya aku perlu mengenal dia, bukan hanya menyebutNya sebagai
pelengkap identitasku. Aku berusaha untuk tidak mengikutiNya saja, melainkan
memegang tanganNya selalu agar aku tak terpisah dari padaNya. Kalau begitu, apa
yang Dia bilang harus kuikuti, yang dilakukanNya, kulakukan juga.
Buah dari pengenalan adalah penerimaan. Buah dari penerimaan adalah
penghayatan. Buah dari penghayatan adalah suka cita. Demikianlah jika kita
mengenal Yesus, maka kita akan tahu siapa Dia dan pasti mengikuti cara
hidupNya. Menolaknya? Itu tidak mungkin kalau kita mengenalNya.
@Kaki Bantik Pineleng
@Inspired: p.v.r.pr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar