puisi lama yang tertinggal:
Dinginnya malam ini membuatku tak bisa bangun dari tidur ini. Aku tertidur dalam satu ‘kekakuan’ yang tak punya gerak. Gerak itu hanya sebatas kaku.
Kuingin berteduh di bawa sayap-sayapmu, bagaikan anak ayam mencari sayap-sayap induknya. Di dalam sana pasti ada kehangatan.
Tuhan, sambil mendengar bunyi-bunyian di sekitar sana aku teringat akan kata-kataMu yang indah. Yang terdiam pun angkat bicara.
Sepertinya dunia sedang mengupas setiap problemnya. Ia sendiri menjadi saksi para tawanan. Mereka yang tertawan kini bersorak-sorai.
Angin ini datang, tapi ia membawa dingin serta. Dingin itulah yang merasuk hingga tulang-tulangku. Aku tak dapat tertidur lagi.
Sisa hari ini kuberikan kepadaMu yang berkenan tinggal di hatiku. Aku berharap, ada kedamaian di sana. Juga, kehangatan kasihMu.
@kaki bantik pineleng
Dinginnya malam ini membuatku tak bisa bangun dari tidur ini. Aku tertidur dalam satu ‘kekakuan’ yang tak punya gerak. Gerak itu hanya sebatas kaku.
Kuingin berteduh di bawa sayap-sayapmu, bagaikan anak ayam mencari sayap-sayap induknya. Di dalam sana pasti ada kehangatan.
Tuhan, sambil mendengar bunyi-bunyian di sekitar sana aku teringat akan kata-kataMu yang indah. Yang terdiam pun angkat bicara.
Sepertinya dunia sedang mengupas setiap problemnya. Ia sendiri menjadi saksi para tawanan. Mereka yang tertawan kini bersorak-sorai.
Angin ini datang, tapi ia membawa dingin serta. Dingin itulah yang merasuk hingga tulang-tulangku. Aku tak dapat tertidur lagi.
Sisa hari ini kuberikan kepadaMu yang berkenan tinggal di hatiku. Aku berharap, ada kedamaian di sana. Juga, kehangatan kasihMu.
@kaki bantik pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar