1 September 2012

Jangan menolak, jika Anda diberi…

(Terinsipirasi dari pengalaman Matahari)
Matahari sejatinya memiliki kemampuan menyinari. Sinarnya menjadi kekuatan dan penolong bagi mereka yang membutuhkannya. Ya, katakanlah, Manusia, Tumbuhan. Hewan sedikit banyak tak suka akan adanya sinar itu, lantaran banyak yang suka bagi yang namanya panas. Kalau diteliti, maka akan terdapat sedikit saja yang memerlukannya. Akan tetapi, pada intinya semua memerlukan sinar sang surya itu. Manusia membutuhkannya bagi kelangsungan hidupnya, pun demikian dengan yang namanya tumbuhan itu.
Cahaya pertama menentukan. Demikianlah pepatah yang diucapkan oleh salah seorang temanku dalam suatu perjumpaan, pada kebun pisang. Saat itu, kami menanam pisang bersama-sama dan tanpa disadari, saat kami hendak menanam sepohon pisang (tak tahu, pohon ke berapa yang kami tanam itu) muncul pepatah itu. Bahwa kalau pohon pisang itu hendak tumbuh setelah kami menamnya, itu tergantung dari cahaya pertama yang menyentuh pisang itu. Karena itu, jangan membelakangi matahari ketika pohon pisang hendak ditancapkan ke dalam lubang tanah yang sudah disiapkan. Anda membelakangi matahari, sama artinya dengan Anda “memantati” (maaf, sedikit jorok) matahari. Matahari sebagai sumber cahaya, maka janganlah menghalanginya ketika ia memberi cahaya pada pohon pisang itu. Demikian yang kami pikirkan dan diskusikan bersama-sama saat itu.
Aneh juga ya…? Kok, bisa demikian? Entahlah, yang pasti, obrolan itulah yang terjadi saat itu. Saya lalu memikirkan lebih jauh tentang diskusi kami itu. Bahwa sebenarnya, apa yang menjadi makna dari pengalaman itu? Pemberian orang, jangan diabaikan. Sebab, pemberian itulah yang kadang juga memberimu hidup. Meskipun cuma-cuma pemberiannya, namun itulah yang menggambarkan ketulusan hatinya terhadap Anda. Itulah perhatiannya terhadap Anda. Maka janganlah diabaikan. Demikianlah yang menjadi makna yang dapat ditarik dari pengalaman itu.
Beralih ke dunia Tuhan dan manusia.
Tuhan senantiasa memberi kepada umat-Nya. Ya, berkatlah yang menjadi pemberian itu. Ia memberi tanpa batas, karena kehendak-Nya adalah menjadikan kedamaian menjadi cara hidup manusia. Jika manusia tidak menginginkan damai, maka jelas ia menolak pemberian Tuhan. Tuhan memberi supaya manusia hidup. Tuhan memberi supaya manusia berdamai. Layaknya matahari, Tuhan menghidupkan manusia dan menjadi sumber bagi kehidupannya. Maka hendaklah manusia menerima apa yang menjadi pemberian Tuhan itu dengan hati dan tangan terbuka. Semoga Anda mau menerima pemberian dan tawaran Tuhan dalam hidup Anda.
Ignasius Fernatyanan,
Pineleng, 11 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar