11 Oktober 2011

MENELUSURI AKAR-AKAR SAKRAMEN INISIASI DALAM SEJARAH KESELAMATAN (Samuel Yanem, Beny Richard Mara, Engga Reyes Fernandez, Max James Tharob, Leonardus Laratmase, Yohanis Tormyar, Marco Rompas)

Pengantar
            Tugas ini dibuat sebagai pengganti ujian semester dari mata kuliah Sakramentologi. Ada pun tugas yang dibuat yaitu mencari akar-akar dari sakramen gereja dalam sejarah keselamatan, yang dimulai dari Perjanjian Lama hingga mencapai puncaknya dalam diri Yesus dalam Perjanjian Baru. Secara khusus kelompok ini membahas tentang akar-akar sakramen Gereja dari sakramen inisiasi dalam gereja Katolik (sakramen Pembaptisan, sakramen Ekaristi dan sakramen Krisma). Tugas ini terdiri dari tiga bagian: bagian pertama berisi tentang arti dari masing-masing sakramen inisiasi tesebut di atas, pemberi sakramen, forma dan materi, serta manfaatnya, yang dirumuskan berdasarkan teks-teks kitab suci dan juga berdasarkan sumber-sumber buku bacaan yang ditemukan oleh kelompok. Bagian kedua berisi tentang kesimpulan dan penutup yang dirumuskan oleh kelompok. Bagian kedua berisi tentang teks-teks Kitab Suci yang menjadi dasar atau akar dari sakramen Gereja. Bagian ini berisi teks-teks kitab suci yang menjadi akar-akar dari sakramen gereja khususnya sakramen inisiasi. Bagian ini ditampilkan sebagai  lampiran. 

1.      Sakramen Pembaptisan
Pengertian Sakramen Pembaptisan.
Sakramen pembaptisan adalah sakramen yang membuat orang dibenarkan serta diselamatkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah.  Melalui sakramen pembaptisan seseorang disucikan dari segala dosa-dosanya sehingga ia kemudian dilayakan menjadi anak Allah. Dengan kata lain melaui sakramen pembaptisan orang dilahirkan kembali kepada Allah, dibersihkan dari dosa awal dan dosa pribadi dan diterima sebagai anggota Gereja yang kudus.
Sejarah Sakramen Pembabtisan
Perjanjian Lama
Berabad-abad sebelum Kristus, umat dalam Perjanjian Lama percaya bahwa segala bentuk kontak dengan dunia luar mencemarkan mereka. Sebelum mereka boleh makan atau berdoa, terlebih dahulu mereka harus membersihkan diri. Hal ini tampak nyata ketika mereka berdoa pada hari Sabat.Orang-orang Yahudi wajib membersihkan diri mereka dalam suatu kolam ritual yang disebut mikveh.[1] Kolam tersebut harus diisi dengan air yang mengalir (kadang-kadang disebut “air hidup”) dan mereka harus menenggelamkan diri sepenuhnya ke dalam air. Mereka juga memerlukan seseorang untuk menjadi saksi dalam upacara ini. Kaum pria wajib melakukannya setiap hari Jumat malam, sementara kaum wanita melakukannya hanya sebulan sekali. Banyak orang Yahudi yang saleh masih melakukan praktek ini.
Perjanjian Baru
Yohanes Pembaptis, sepupu Yesus, mengajarkan bahwa orang tidak perlu melakukan ritual pembasuhan diri setiap minggu. Ia mengatakan bahwa satu kali upacara pembersihan diri saja sudah cukup untuk mempersiapkan diri bagi kedatangan sang Juruselamat, asalkan mereka mengubah cara hidup mereka yang lama.Baptisan Yohanes hanya merupakan simbol perubahan; baptisan itu sendiri tidak mempunyai kuasa untuk melakukan perubahan-perubahan tersebut. Yesus menambahkan kuasa ini ketika Yohanes membaptis-Nya di Sungai Yordan. “Ia membaptis Kristus, yang berkuasa atas pembaptisan, dalam air yang dijadikan kudus oleh Dia yang dibaptis”. Prefasi pada Pesta St. Yohanes Pembaptis Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Matius 28:18-20).
Gereja Perdana
Gereja Perdana melaksanakan pembaptisan dalam beberapa cara. Karena sebagian besar yang dibaptis adalah orang dewasa, pembaptisan yang umum adalah dengan membenamkan orang yang dibaptis ke dalam air. Peristiwa itu akan mengakibatkan perasaan tenggelam sesaat. Jadi, ketika mereka yang dibaptis muncul kembali dari air, mereka akan mengalami rasa bangkit dari mati. Hal ini melambangkan keikutsertaan dalam kebangkitan Yesus sendiri. Di kemudian hari, ketika pembaptisan dilakukan atas bayi-bayi juga, terjadi perubahan dalam cara pembaptisan yaitu dengan menuangkan air. Gereja-gereja lain menolak gagasan pembaptisan bayi. Gereja Katolik mempraktekkannya seturut sabda Yesus, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka…” Dikisahkan juga dalam Kitab Suci mengenai pembaptisan seluruh anggota keluarga. “Seketika itu juga ia [kepala penjara di Troas] dan keluarganya memberi diri dibaptis. ”Kisah Para Rasul 16:33 “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.” (Yehezkiel 36:25).
Materi dan Forma
Dalam sakramen pembatisan, materi dan forma adalah dua unsur yang sangat esensial. Materi dari sakramen pembaptisan adalah air, sedangkan formanya adalah kata-kata dari pembaptis yakni “Aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus”. Kedua hal ini didasarkan pada perintah Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mrk. 16:15-16).
Penuangan air pada dahi memiliki makna yang menunjukan kita dibersihkan. Air sendiri sebagai sumber kehidupan. Air suci yang diberkati dengan doa epiklese pada malam Paskah. Gereja beroa kepada Allah supaya kekuatan Roh Kudus turun ke atas air ini melalui Putera – Nya, sehingga semua orang yang menerima Pembaptisan di dalamnya, “dilahirkan dari air dan Roh”(Yoh 3:5) Katekismus Gereja Katolik nomor 1238 dan pada KGK nomor 1239 menjelaskan bahwa bahwa Ia menandakan kematian dosa serta menghantar masuk ke dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus, karena orang yang dibaptis diikutsertakan dalam misteri Paska Kristus.
Saat imam memberikan pembaptisan ia berkata, “aku membaptis engkau atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”, hal ini menyatakan bahwa penerima baptis bersatu dalam kesatuanTritunggal Mahakudus (KGK 1240). 
Buah atau rahmat dari sakramen pembaptisan.
Buah atau rahmat sakramen pembabtisan antara lain:
1.      Mendapat pengampunan dari segala dosa baik dosa asal maupun dosa yang dibuatnya,
2.      Menjadi ciptaan baru dan dilantik menjadi anak Allah,
3.      Memperoleh rahmat pengudusan yang: 1. membuatnya sanggup semakin percaya kepada Allah, berharap kepada Allah, dan mencintai Allah. 2. Membuatnya hidup di bawah bimbingan dan dorongan Roh Kudus. 3. Sanggup bertumbuh dalam kebaikan. Menjadi anggota gereja, sebagai bagian dari tubuh mistik Kristus. Dimeteraikan secara kekal dalam sebuah misteri rohani yang tak terhapuskan, sebagai bagian dari Kristus.
4.      Mendapat pengampunan dari segala dosa, baik dosa asal maupun dosa serta siksa – siksa dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar