Hukuman mati yang
kuterima adalah ganjaran atas kesalahanku,kedosaanku dan kedurhakaanku
terhadap Tuhanku, Yesus. Jalurnya jelas, mulai dengan memikul salib ini
menuju Golgota kemenangan. Barangkali, dalam arti yang sesungguhnya,
mengangkat dan meletakkan salib di pundakku lalu berjalan adalah bagian
hidup yang terindah.
Salib ini kunamakan salib
penderitaan; berat dan berat, seberat sesuatu yang sulit untuk diangkat,
apalagi dipikul. Tapi aku tak bisa keberatan apalagi menolaknya. Aku
siap untuk memanggul dan berjalan bersama Yesus, Tuhanku.
Kusadar, ketika aku “harus memanggulnya” aku juga harus meninggalkan
“beban” hidup. Beban derita yang telah lama memperparah hati, pikiran
dan seluruh tubuhku. Beban yang kuangkat untuk mempermalukan diriku
sendiri bahwa selama ini aku salah melangkah.
Keharusan
memanggul salib penderitaan adalah keberanian untuk meninggalkan beban
hidup yang kotor, yang tak layak di hadapan Yesus, Tuhanku. Maka
penderitaanku akan menjauh dariku. Menanggalkan manusia lama dan
mengenakan manusia baru, baru di dalamNya. Namun, ini barulah awal, awal
yang baru.
Doaku, Tuhan, letakkanlah salibku di atas pundakku supaya aku dapat
merasakan pahitnya dosa yang selama ini kulakukan. Tanamkanlah dalam
diriku keberanian untuk setia memanggul salib derita ini supaya aku
dapat sampai pada Golgota kemenangan. Semoga aku didapati bergembira,
bergembira karena dosaku pergi sebab usahaku memanggulnya. Bantulah aku
Tuhan karena akuini lemah dan tak berdaya.
***
Saldoku, Fr. IEF (Mengasihi Allah Tritunggal Mahakudus,Mengasihi Gereja Katolik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar