Siapa pun dia, pasti sangat menyukai barang baru yang
dimilikinya. Rumah baru, mobil baru, dan sebagainya, pastilah sangat mendapat
tempat di dalam hati pemiliknya. Bila rumah itu diterpa matahari atau hujan,
pasti sang empunya sudah khawatir jangan-jangan seng atau gentengnya bisa
rusak. Begitu juga dengan mobil baru itu. Pastilah sang empunya tidak
menginginkan agar mobilnya masuk ‘pecek’ atau air kotor yang tergenang di
tengah atau tepian jalan. Kalau pun sudah kotor, pulang ke rumah pasti langsung
dibersihkan. Begitulah cara orang menjaga barang barunya. Ia begitu
menyayanginya hingga tidak rela untuk diapa-apakan oleh pihak lain.
Sama halnya dengan kita, begitu kita menemukan kenalan yang
baru, apalagi kalau ia dekat dengan kita, dapat membantu kita, kenalan itu
pasti sangat disayangi, dikasihi, dijaga agar tidak hilang dari kehidupan kita.
Seakan-akan dunia ini menjadi lenyap kalau orang yang baru dekat itu menjauh.
Namun demikian, bukan soal baru dan lamanya, tapi soal kualitas hidup yang kita
bangun dengan siapa saja. Orang atau barang baru boleh disayangi tapi jangan
sampai kita tidak menyayanginya lagi jika sudah termakan usia. Apa pun
keadaannya, setiap orang dan setiap hal yang sudah termakan usia bukan berarti
tidak disayangi lagi.
Orang atau barang lama seringkali gampang dilupakan dan
dihindari dari hadapan kita. Namun kita sendiri lupa akan bagaimana peran
sertanya dalam kehidupan kita. Meski begitu,
kita patut berbangga jika tidak terbiasa melupakan orang lain.
Bersyukurlah kalau kamu suka mengingat jasa-jasa orang lain atas hidupmu.
Bersyukurlah kalau persahabatan yang kamu bangun dengan orang lain tidak
gampang dilupakan. Dan, kamu, diminta untuk membangun persahabatan dengan orang
lain sesuai batas-batasnya serta tidak mengukur relasi itu dengan ukuran ‘baru’
atau ‘lama’ tapi kualitasnya. Kalau begitu, nasib kamu tidak akan sama dengan
rumah atau mobil yang akan ‘ditendang’ bila sudah termakan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar