26 Maret 2013

TUHAN TIDAK MENGHENDAKI UMATNYA TERSESAT

Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa masalah adalah hal yang paling menyebalkan bagi hidupnya. Lebih parah lagi, ada yang beranggapan bahwa masalah itu diciptakan oleh Tuhan bagi dirinya. Sakit hati karena ditinggalkan oleh suami atau istri itu merupakan pemberian Tuhan baginya. Kecelakaan saat berkendaraan itu merupakan naas yang diberikan Tuhan bagi dirinya. Tentu saja ini merupakan anggapan yang keliru karena menuduh Tuhan sebagai pemberi semua itu.

Masalah disebut sebagai masalah apa bila apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Atau, pikiran tidak selaras dengan realitas. Atau pula, apa yang dikehendaki agar terjadi, terbukti menjadi nyata, tak kunjung tiba. Dengan kata lain, masalah itu adalah penyelewengan dari apa yang sebenarnya harus terjadi menurut kehendak dan cita-cita seseorang. Jadi, masalah itu ada pada tahap proses, cara, dan usaha dalam menggapai impian dan cita-cita.

Jelaslah bahwa tempat dan konteks masalah ada pada dunia, bereksistensi atau berada pada realitas hidup manusia. Bahkan, ia menyatu dengan manusia yang punya pikiran, akal budi dan kehendak bebas. Lantas, bagaimana orang harus menempatkan atau memposisikan masalah dalam hidupnya? Ini tidak gampang karena aktivitas tuduh-menuduh, pukul-memukul, dan “the new problem” dapat saja terjadi sebagai hasil dari penempatan itu. Karena itu orang perlu berhati-hati.

Sikap berhati-hati berarti menghindari kebiasaan tuduh-menuduh. Itu juga berarti orang bebas dari mentalitas mempersalahkan orang lain dan dengan bijak mengoreksi diri sendiri. Orang punya masalah tapi gampang sekali menuduh orang lain sebagai penyebabnya, namun dirinya sendiri diabaikan karena punya anggapan bahwa masalah itu tidak diciptakannya. Di sini, orang tidak boleh sama sekali mempersalahkan Tuhan sebagai pemberi hidup, bukan pemberi masalah.

Putera Allah datang ke dunia untuk membebaskan manusia. Ia datang dengan mengosongkan diri, tidak mempertahankan kemuliaanNya, melainkan hidup dan tinggal sebagai manusia. Dari situ, Ia rela menderita sengsara demi suatu kebahagiaan kekal yang akan dialami oleh semua orang. Orang menuduhNya sebagai pembuat onar dalam masyarakat, lalu membelengguNya, melimpahkan kesalahan atasNya, tapi Ia tidak membalas semua itu. Justru itulah saat yang tepat bagiNya untuk menyelamatkan orang-orang yang menginjak-injakNya.

“Ketika kita berhadapan dengan masalah hidup dan berhasil menjalani dan menyelesaikannya, sebetulnya bukan itu yang terpenting. Tapi yang paling penting adalah ketika kita menyadari bahwa ada maksud Tuhan dibalik semua masalah itu.” Kita perlu mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan tuduh-menuduh sebab itu mencelakakan diri sendiri. Yang terpenting dan terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengoreksi diri dan melihat pelajaran yang tersimpan di balik masalah itu.

Yang tersimpan di balik masalah itu adalah kasih Tuhan yang begitu besar. Lantas, mengapa kita harus menuduh Tuhan? Kiranya ini perlu diperhatikan dengan baik sebelum mengambil keputusan bahwa segala problem kita disebabkan oleh orang lain, apa lagi oleh Tuhan. Tidak mungkin Tuhan menjerumuskan kita ke dalam jurang persoalan, melainkan Dia mengangkat kita supaya terbebas dan menikmati hidup yang tenang dalam naungan kasihNya.

Tuhanlah Gembala sejati yang menuntun manusia kepada padang rumput yang hijau dan air sungai yang tenang. Dia tidak menciptakan kejahatan bagi manusia, melainkan berusaha mengeluarkan manusia dari kejahatan itu. Ia selalu mencari manusia, jika manusia tersesat dan hilang. Ia memeluk kita dan memelihara jiwa supaya selalu terarah padaNya. Dialah sumber segala penghiburan, bukan persoalan. Ia menciptakan manusia supaya manusia bahagia dan memperoleh hidup yang kekal bersamaNya.

Semoga kita, yang adalah domba-dombaNya mau mendengarkanNya, bukan sebaliknya menuduhNya sebagai penyesat atas kita. Sebagai domba yang baik pasti kita mengenalNya, mendengarkan suaraNya dan mengikuti apa yang dikehendakiNya. Demikianlah kita menjadi aman dalam lindungan dan pemeliharaan serta dalam penyelenggaraanNya. Itulah Tuhan kita, Gembala yang Agung, yang berkorban untuk kita. Dekatlah dengan Dia, maka kamu akan tahu bahwa Dia bukan pemberi masalah kepadamu, tapi pemberi hidup yang damai.

@Kaki Bantik Pineleng
@Inspirated bye Bunda Atie_Jbso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar