TUHAN TIDAK MENGHENDAKI UMATNYA TERSESAT
Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa masalah adalah hal yang
paling menyebalkan bagi hidupnya. Lebih parah lagi, ada yang beranggapan
bahwa masalah itu diciptakan oleh Tuhan bagi dirinya. Sakit hati karena
ditinggalkan oleh suami atau istri itu merupakan pemberian Tuhan
baginya. Kecelakaan saat berkendaraan itu merupakan naas yang diberikan
Tuhan bagi dirinya. Tentu saja ini merupakan anggapan yang keliru karena
menuduh Tuhan sebagai pemberi semua itu.
Masalah disebut
sebagai masalah apa bila apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Atau, pikiran tidak selaras dengan realitas. Atau pula,
apa yang dikehendaki agar terjadi, terbukti menjadi nyata, tak kunjung
tiba. Dengan kata lain, masalah itu adalah penyelewengan dari apa yang
sebenarnya harus terjadi menurut kehendak dan cita-cita seseorang. Jadi,
masalah itu ada pada tahap proses, cara, dan usaha dalam menggapai
impian dan cita-cita.
Jelaslah bahwa tempat dan konteks
masalah ada pada dunia, bereksistensi atau berada pada realitas hidup
manusia. Bahkan, ia menyatu dengan manusia yang punya pikiran, akal budi
dan kehendak bebas. Lantas, bagaimana orang harus menempatkan atau
memposisikan masalah dalam hidupnya? Ini tidak gampang karena aktivitas
tuduh-menuduh, pukul-memukul, dan “the new problem” dapat saja terjadi
sebagai hasil dari penempatan itu. Karena itu orang perlu berhati-hati.
Sikap berhati-hati berarti menghindari kebiasaan tuduh-menuduh. Itu
juga berarti orang bebas dari mentalitas mempersalahkan orang lain dan
dengan bijak mengoreksi diri sendiri. Orang punya masalah tapi gampang
sekali menuduh orang lain sebagai penyebabnya, namun dirinya sendiri
diabaikan karena punya anggapan bahwa masalah itu tidak diciptakannya.
Di sini, orang tidak boleh sama sekali mempersalahkan Tuhan sebagai
pemberi hidup, bukan pemberi masalah.
Putera Allah datang ke
dunia untuk membebaskan manusia. Ia datang dengan mengosongkan diri,
tidak mempertahankan kemuliaanNya, melainkan hidup dan tinggal sebagai
manusia. Dari situ, Ia rela menderita sengsara demi suatu kebahagiaan
kekal yang akan dialami oleh semua orang. Orang menuduhNya sebagai
pembuat onar dalam masyarakat, lalu membelengguNya, melimpahkan
kesalahan atasNya, tapi Ia tidak membalas semua itu. Justru itulah saat
yang tepat bagiNya untuk menyelamatkan orang-orang yang
menginjak-injakNya.
“Ketika kita berhadapan dengan masalah
hidup dan berhasil menjalani dan menyelesaikannya, sebetulnya bukan itu
yang terpenting. Tapi yang paling penting adalah ketika kita menyadari
bahwa ada maksud Tuhan dibalik semua masalah itu.” Kita perlu mengurangi
atau bahkan menghilangkan kebiasaan tuduh-menuduh sebab itu
mencelakakan diri sendiri. Yang terpenting dan terbaik yang bisa kita
lakukan adalah mengoreksi diri dan melihat pelajaran yang tersimpan di
balik masalah itu.
Yang tersimpan di balik masalah itu adalah
kasih Tuhan yang begitu besar. Lantas, mengapa kita harus menuduh Tuhan?
Kiranya ini perlu diperhatikan dengan baik sebelum mengambil keputusan
bahwa segala problem kita disebabkan oleh orang lain, apa lagi oleh
Tuhan. Tidak mungkin Tuhan menjerumuskan kita ke dalam jurang persoalan,
melainkan Dia mengangkat kita supaya terbebas dan menikmati hidup yang
tenang dalam naungan kasihNya.
Tuhanlah Gembala sejati yang
menuntun manusia kepada padang rumput yang hijau dan air sungai yang
tenang. Dia tidak menciptakan kejahatan bagi manusia, melainkan berusaha
mengeluarkan manusia dari kejahatan itu. Ia selalu mencari manusia,
jika manusia tersesat dan hilang. Ia memeluk kita dan memelihara jiwa
supaya selalu terarah padaNya. Dialah sumber segala penghiburan, bukan
persoalan. Ia menciptakan manusia supaya manusia bahagia dan memperoleh
hidup yang kekal bersamaNya.
Semoga kita, yang adalah
domba-dombaNya mau mendengarkanNya, bukan sebaliknya menuduhNya sebagai
penyesat atas kita. Sebagai domba yang baik pasti kita mengenalNya,
mendengarkan suaraNya dan mengikuti apa yang dikehendakiNya. Demikianlah
kita menjadi aman dalam lindungan dan pemeliharaan serta dalam
penyelenggaraanNya. Itulah Tuhan kita, Gembala yang Agung, yang
berkorban untuk kita. Dekatlah dengan Dia, maka kamu akan tahu bahwa Dia
bukan pemberi masalah kepadamu, tapi pemberi hidup yang damai.
@Kaki Bantik Pineleng
@Inspirated bye Bunda Atie_Jbso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar