26 Maret 2013

MENGENAL ALLAH, ITU “KEBUTUHAN PRIMERKU”



Harga 30 uang perak itu biasanya disematkan pada seorang budak yang hendak dijual kepada orang lain. Begitulah pemahaman yang bisa kita temukan dalam Perjanjian Lama. Setiap budak, kecil maupun besar, biasanya diberi harga 30 uang perak itu. Itulah harga seorang budak pada saat itu.

Harga yang sama dipakai juga oleh Yudas Iskariot dalam menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala. Di mata Yudas, “harga” untuk Yesus sebanding dengan seorang budak yang biasanya diperjual-belikan. Begitu jahatnya Yudas memandang Yesus, padahal sudah lama ia mengikuti Yesus.

Apa gerangan Yudas menjual Yesus? Alasannya, ia tidak punya pengenalan akan Yesus. Buktinya, ketika Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Ada reaksi yang berbeda dari seorang Yudas, yakni: “Bukan aku, ya Rabi?”

Reaksi semua murid yang lain adalah “Bukan aku, ya Tuhan?” Ini berbeda dengan reaksi Yudas itu. Ternyata, orang perlu mengenal Yesus dengan baik sebab jika tidak, maka akibatnya sangatlah fatal, yakni menjual Yesus kepada orang lain. Inilah yang dilakukan oleh Yudas, murid Tuhan itu.

Tidak mengenal Allah itu merupakan satu kebodohan terbesar bagi manusia. Mengapa? Karena ia lupa akan hakikat dirinya. Ia lupa akan nyawanya sendiri . Terlebih, ia lupa akan siapa yang menciptakannya. Seandainya setiap orang berprinsip bahwa Tuhan adalah nyawanya, maka ia akan memeliharanya.

Mengapa aku mencari Allah? Karena Dialah kebutuhan utamaku, kebutuhan primerku. Karena itu, aku tidak mungkin “menjualNya” meski aku terhimpit oleh beban dan kesulitan hidup. Aku tak mungkin melepaskanNya jika berhadapan dengan kemegahan dunia.

Itu sebabnya aku perlu mengenal dia, bukan hanya menyebutNya sebagai pelengkap identitasku. Aku berusaha untuk tidak mengikutiNya saja, melainkan memegang tanganNya selalu agar aku tak terpisah dari padaNya. Kalau begitu, apa yang Dia bilang harus kuikuti, yang dilakukanNya, kulakukan juga.

Buah dari pengenalan adalah penerimaan. Buah dari penerimaan adalah penghayatan. Buah dari penghayatan adalah suka cita. Demikianlah jika kita mengenal Yesus, maka kita akan tahu siapa Dia dan pasti mengikuti cara hidupNya. Menolaknya? Itu tidak mungkin kalau kita mengenalNya.

@Kaki Bantik Pineleng
@Inspired: p.v.r.pr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar