29 Maret 2013

ADA APA DENGAN SALIB ITU?

Bagi orang Yahudi, salib merupakan sebuah palang penghinaan. Salib lebih dekat pada penjahat kelas kakap. Bagi orang Yunani, salib itu satu kebodohan tersendiri bagi orang yang memanggulnya dan tergantung pada salib itu. Bagi orang-orang yang percaya kepada Kristus, salib adalah kemenangan. Tuhan kita menang atas dosa dan maut. Demikianlah salib menghubungkan sengsara dan wafat Kristus.

Ia sengsara karena salib itu. Ia wafat pula di atas salib itu. Dosa dikalahkan, manusia dibebaskan. Ciri khas salib itu adalah penolakan dan ketidaktahuan manusia akan Putera Allah yang melawat ke dunia. Andai saja semua orang menerima Putera Allah, maka Israel menjadi tempat Allah bersemayam untuk selamanya. Semua mata akan memandang dan semua langkah menuju ke sana.

Salib itu membuat keselamatan “berpindah” pada dunia yang luas. Semua yang menaruh hati, percaya dan harapan kepada Putera Allah diperbolehkan untuk menerima satu kesempurnaan hidup, yaitu keselamatan kekal. Hal itu dapat terjadi karena salib itu mampu dipikul oleh Putera Allah sampai ke bukit Golgota. Meski berat namun berkat bagi manusia. Itu karena kerelaan Putera Allah untuk memikul salib itu.

Jelaslah bahwa Allah tidak menghendaki dosa meraja di atas dunia. Itu sebabnya, Ia setia terhadap salib itu, dipaku pada salib itu. Saat itu juga dosa dikalahkan dan maut dihancurkan. Salib menjadi sarana yang paling sempurna untuk melunasi “hutang” manusia. Manusia berhutang pada Allah maka Sang Putera melunasiNya dengan memanggul salib itu. Meski berat, Ia tidak mengeluh, tapi tetap berdiri.

Kalau begitu, salib bukan lagi satu palang penghinaan atau pun satu kebodohan tapi satu kemenangan bagi orang yang percaya kepada Sang Putera. Ia memenangi penolakan manusia atas diriNya. Dengan salib itu manusia dilahirkan menjadi baru, bebas dari dosa dan diperkenankan untuk menikmati kebahagiaan surgawi. Karena itu, pikullah salibmu dan jangan mengeluh. Di situlah kita diterima oleh Allah.

@Tempok nan Indah
Weekend Place…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar