28 Maret 2013

JALAN KRISTUS ITU JALAN SALIB YANG MENYELAMATKAN



Apa yang dilakukan Yesus pada perjamuan malam terakhir, kini menjadi nyata dan terwujud dalam sengsaraNya. Ia menyerahkan Tubuh dan DarahNya secara lebih koknkrit, tanpa tersembunyi sedikit pun. Ekaristi kini terwujud. Pemberian diri Yesus dalam ekaristi kini dilaluiNya dalam sengsara dan wafatNya. Ia memberikan diriNya seutuhnya untuk memanggul salib yang adalah dosa dan kesalahan manusia. Semua itu Ia tebus dengan memanggul salib ke Golgota dan wafat.

Sengsara dan wafatNya adalah wujud ekaristi yang nyata, riil, konkrit dan menyelamatkan. Perjamuan malam terakhir itu kini dibuktikan Yesus. Ia berkorban bagi banyak orang. Bagaikan anak domba yang dibawa ke tempat pembantaian. Ia tidak membuka mulutnya tapi membiarkan dirinya untuk dikorbankan demi keselamatan orang yang mebawanya. Begitulah Yesus. Ia tidak membuka mulutNya ketika salib yang berat ditimpakan kepadaNya. Malahan, Ia menerimanya dan memikul salib itu.

Rasanya sangat berat ketika melihat Yesus memanggul salib seorang diri. Jalannya menanjak, jauh dan melelahkan. Berapa lama lagi manusia harus tinggal di dalam dosa? Sampai kapankah manusia mau melupakan dosanya? Yesus kini menderita karena dosa-dosa itu. Yesus rela wafat karena dosa-dosa itu. Maukah manusia menjadi seperti Maria yang menemani jalan salib Tuhan? Maukah manusia menolongNya seperti Simon? Maukah manusia menjadi seperti Veronika?

Entahlah, Yesus tetap memanggul salib kehinaan itu dengan setia, tanpa menyerah dan mengeluh. Ia melakukan itu demi manusia yang bedosa. Ia mati, mati untuk dosa manusia dan manusia dibebaskan dari dosa-dosanya. Seharusnya manusia sadar akan penderitaan dan wafat Yesus itu. Seharusnya manusia tak membiarkan dosa menjadi bagian dari hidupnya. Seharusnya manusia tidak menimpakan kesalahan dan tuduhan terhadap Anak Allah.

“Barang siapa yang mau mengikuti Aku, ia harus memikul salibnya dan mengikuti aku.” Yesus meminta kita untuk turut memanggul salib kita masing-masing. Tidak boleh ada kemalasan dan tidak boleh ada keluh kesah saat memanggul salib. Salib bagi kita adalah kemenangan, tanda Yesus menyelamatkan kita. Karena itu, siapa yang setia memanggul salibnya ia memperoleh tempat di surga. Itulah syarat bagi kita untuk mengikuti Yesus. Belajarlah untuk memikul salib itu.

Salib memang berat, tapi apabila dipikul dengan sabar, maka kita akan sampai pada garis akhir yang membahagiakan. Di garis akhir itu, Yesus sudah berdiri dan akan mengucapkan selamat kepada kita dan mempersilahkan kita untuk menikmati kebahagiaan bersamaNya. Semoga kita mau menimba semangat Yesus yang rela memanggul salib yang berat itu. Mari kita berdoa agar kita tetap bertahan dalam mengasihi sesama, menolong yang menderita, dan melayani orang lain.

Sengsara Kristus adalah sengsara kita juga. Wafat Kristus adalah wafat kita juga. Kristus menderita sengsara bagi kita, dan wafat bagi kita. Percaya kepada Kristus adalah jalan satu-satunya menuju rumah Bapa yang mulia. Jalan Kristus adalah jalan salib yang menyelamatkan, bukan membinasakan. Semoga kita rela menderita sengsara dan wafat demi kebenaran yang dikehendaki Allah. Kematian Kristus adalah senjata ampuh bagi kita untuk memperoleh janjiNya, yakni kehidupan kekal.

@Tempok nan Indah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar