Banyak orang salah
“menyambut” kehadiran Kristus di dunia ini dalam peristiwa Natal. Sangka mereka,
Kristus yang menjadi inti dari peristiwa Natal itu perlu dijemput dengan
hura-hara, sorak-sorai, ramai-ramaian, bunyi petasan yang besar dan membuat
orang lain terkejut bukan kepalang.
Kuingatkan Engkau,
wahai Kawanku, bukan itu maksudnya menyongsong kedatangan Kristus di dalam
Natal. Bukan, bukan itu!! Keramaian sama sekali tidak menjamin apa-apa dengan
Natal yang akan Kau alami.
Lihatlah Kristus
yang sering sekali mengawali atau memulai “hari baru” dengan berdiam diri dalam
kesunyian. Para pengarang Injil mencatat itu dengan jelas sekali. Maka berteman
dengan ‘kesunyian’ adalah persiapan yang baik dalam menantikan kehadiran
Kristus di tengah-tengah kita.
Bagi orang
Katolik, kesunyian itu adalah ketenangan diri, menarik diri dari keramaian dan
kebisingan hidup, menyangkal diri, mendengarkan Hati Nurani, memurnikan
pikiran, dan mengendalikan diri serta menggali makna hidup yang sesungguhnya,
yang bersumber dari diri sendiri dalam bimbingan Roh Kudus.
Menyambut Kristus
tidak sama dengan berpesta pora dalam hura-hara, sorak-sorai atau membunyikan
petasan sebesar-besarnya supaya semua orang mendengar, melainkan tinggal dalam
ketenangan, kesunyian, kebisuan, dan keheningan bersama Roh Kudus. Itulah sikap
sesal yang dikemas oleh tobat dan pembaharuan diri.
Selamat
menyambut Kristus dalam masa Adven, masa tobat ini, Kawan… Salam dan doaku
untukmu… GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar