Ignasius Fernatyanan
Raja wali biasanya terbang di ketinggian, antara langit dan awan-gemawan. Di ketinggian itulah ia berkuasa, meleberkan sayapnya sesuka hatinya, tanpa malu dan tanpa ragu. Namun, ia punya satu tantangan yang begitu berat, yaitu berusaha tuk melawan angin kencang yang datang menerpanya. Ia akan mendarat apa bila sayapnya sudah tidak kuat lagi menahan kencangnya angin itu. Ternyata, istirahat itu penting karena saat itulah ada saat yang tenang dan memperoleh tenaga yang baru.
Sebagai seekor burung, ia pun “sadar” bahwa mengambil waktu sejenak dari kesibukan adalah
hal yang harus ia dilakukan. Kalau tidak, ia akan mengalami kelelahan dan
kemudian mati dengan sendiri. Istirahat berarti mencari dan menemukan
“keseimbangan” hidup. Saat itulah waktu dan semangat baru lahir lagi. Meski
berkuasa di langit, namun burung itu punya waktu untuk mengontrol dirinya
sendiri. Sebetulnya, saat itu pula burung itu menemukan kemenangan sejatinya,
bukan menang di udara semata.
Kita punya kesempatan untuk “menguasai” dunia, bekerja seharian suntuk
dan menghasilkan nafkah hidup. Ada enam hari yang disediakan untuk orang
bekerja, bukan bekerja seminggu penuh. Memang nafkah itu penting, tapi diri
kita sendiri jauh lebih penting dari pada nafkah itu. Ia perlu dirawat,
diistirahatkan dan disegarkan kembali agar ada semangat dan daya juang yang
baru pula. Kalau demikian, kita telah mengauasai dunia dan memenangi hidup ini
dengan cara kita sendiri.
Diri kita bukanlah robot yang bisa bekerja sepanjang hari atau
sepanjang satu pekan. Toh robot pun butuh istirahat, apa lagi kita yang
memiliki kerapuhan fisik. Tubuh perlu diistirahatkan juga demi kesinambungan
pekerjaan harian kita. Karena itu jangan memaksakan diri untuk bekerja sepanjang
saat karena ia akan sakit dan mengalami gangguan. Sisihkanlah waktumu sejenak
untuk beristirahat. Dan hal yang paling baik yang bisa dilakukan saat istirahat
itu adalah “tinggal bersama Tuhan.”
Tondano City,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar